Tingginya permintaan batu bara punya dampak penting bagi Kaltim. Salah satunya terkait peranan ekspor di negeri ini. Di mana Benua Etam menjadi salah satu daerah penyumbang ekspor terbesar di Indonesia.
bontangpost.id – Nilai ekspor Kaltim pada Oktober 2021 mencapai USD 2,91 miliar. Angka itu mengalami kenaikan sebesar 21,35 persen dibanding pada September 2021. Bila dibanding Oktober 2020, mengalami kenaikan sebesar 217,04 persen. Kenaikan ekspor itu, membawa Kaltim menduduki posisi kedua dengan peranan ekspor terbesar di Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim menunjukkan, Jawa Barat sebagai penyumbang peranan ekspor terbesar di Indonesia. Yakni sebesar 14,82 persen. Lalu disusul Kaltim dengan sumbangsih 10,21 persen dan Jawa Timur 10,07 persen.
Untuk diketahui, Kaltim biasanya menduduki posisi ketiga sebagai daerah dengan peranan ekspor terbesar. Namun, sempat digeser oleh Riau sehingga Benua Etam menduduki posisi keempat.
Kini, tingginya ekspor membuat Kaltim berada di posisi kedua setelah Jawa Barat, dan berhasil menggeser Jawa Timur. Kembalinya kedudukan Kaltim disebabkan harga dan permintaan batu bara yang sangat tinggi. Kontribusi Jawa Barat, Kaltim, Jawa Timur, Riau, dan Kepulauan Riau mencapai 50,36 persen dari seluruh ekspor nasional.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Wembri Suska mengatakan, ekspor Kaltim Oktober 2021 mengalami kenaikan sebesar 21,35 persen dibanding September 2021, yaitu dari USD 2,40 miliar menjadi USD 2,91 miliar. Kenaikan nilai ekspor Oktober 2021, disebabkan naiknya nilai ekspor barang migas maupun non-migas.
Nilai ekspor migas Oktober 2021 sebesar USD 251,99 juta atau naik sebesar 51,67 persen, dibanding nilai ekspor pada September 2021. Sedangkan nilai ekspor non-migas mengalami kenaikan sebesar 19,10 persen jika dibanding nilai ekspor pada September 2021.
“Kenaikan nilai ekspor terbesar pada Oktober terjadi pada nilai ekspor barang gas, dengan kenaikan mencapai 58,74 persen. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada nilai ekspor barang hasil minyak dengan penurunan mencapai 100 persen,” jelasnya, Kamis (2/12).
Diwawancarai terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, Kaltim kini menduduki posisi kedua daerah menyumbang ekspor terbesar di Indonesia.
Bahkan sebelumnya beberapa bulan sempat menduduki posisi keempat, yang sebelum posisi ketiganya digeser Riau. Peningkatan kontribusi Kaltim tentunya tak lepas dari tingginya permintaan batu bara. Kontribusi emas hitam pada ekspor Kaltim memang membuat daerah ini berhasil menggeser Jawa Timur dan Riau.
“Sebenarnya, Jawa Timur dan Riau nilai ekspornya tetap tidak menurun. Karena batu bara kita sedang tinggi, maka nilai ekspor meningkat. Sedangkan daerah lain tetap,” tuturnya, Kamis (2/12).
Menurutnya, peningkatan baru bara dari sisi permintaan maupun harga masih akan meningkat hingga Maret 2022. Apalagi saat ini di Tiongkok sedang masuk musim dingin, hal ini juga akan mendongkrak harga emas hitam. Sehingga, kedudukan Kaltim akan bertahan hingga tahun depan, jika tidak ada penurunan dari bisnis pertambangan.
“Saya lihat sampai musim dingin berakhir, batu bara masih akan cemerlang. Dari sisi permintaan maupun harga masih akan meningkat sampai Maret 2022,” ungkapnya. (ctr/rom/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: