KEGIATAN nobar film “Pengkhianatan G30S/PKI” di Samarinda mengundang beragam reaksi. Sebagian besar di antaranya memberikan dukungan, ada pula yang tidak. Nyatanya, antusiasme pemutaran film ini tampak di berbagai tempat di Kota Tepian. Berbagai elemen masyarakat menggelar kegiatan nonton bareng (nobar) film yang tak lagi diputar untuk umum sejak 1998 ini.
Para pedagang di Pasar Rahmat, Jalan Lambung Mangkurat misalnya, meminta dilakukan nobar film yang tengah dibicarakan di tanah air ini. Senin (25/9), Korem 091/ASN memfasilitasi permintaan tersebut dan melakukan pemutaran di sana. Halaman parkir yang menjadi lokasi nobar pun jadi penuh sesak masyarakat yang penasaran dengan isi film.
“Generasi muda sekarang ini banyak yang belum tahu kejadian yang lalu. Makanya dengan maksud itu, mereka meminta TNI untuk memutar juga film itu,” kata Rudi selaku kepala pasar.
Pemutaran kembali film ini di Samarinda turut mendapat dukungan dari unsur pemerintah. Salah satunya Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim Rusmadi. Dia menjelaskan bila pemutaran kembali film ini merupakan instruksi kepada jajaran TNI dan juga Polri. Bagi pemerintah daerah, ikut menyaksikan bersama-sama TNI di Convention Center pada Sabtu (30/9) besok.
“Ya pemerintah mesti mendukung. Karena ini sejarah. Bangsa ini besar karena sejarah, jadi kami mendukung,” kata Rusmadi.
Unsur legislatif juga ikut memberikan dukungan terhadap pemutaran kembali film ini. Fraksi PKS dari DPRD Kaltim misalnya, mengingatkan tentang bahaya laten kebangkitan komunis. Peringatan ini disampaikan dalam pemandangan umum di rapat paripurna DPRD Kaltim beberapa waktu lalu.
Namun pemutaran film ini mendapat pertentangan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda. Dengan muatan yang sarat kekerasan baik visual maupun verbal, KPAI menganggap film ini tidak layak untuk disaksikan anak-anak. Karena bisa mempengaruhi perkembangan karakter anak.
Hal ini ditanggapi Danrem 091/ASN Brigjen TNI Irham Waroihan. Menurutnya, pendapat tersebut jangan dijadikan alasan untuk tidak menayangkan film G30S/PKI. “Film hollywood lebih sadis lagi, iya nggak? Jadi jangan jadikan alibi,” kata Irham.
Film produksi PPFN ini sendiri menjadi bahan perbincangan hangat di sepanjang September 2017. Termasuk juga di jagad dunia maya, ramai ditemukan perbincangan tentang pemutaran kembali film ini. Misalnya di grup Bubuhan Samarinda (Busam), banyak yang bertanya lokasi nobar, ada juga yang mempertentangkan kebenaran film ini.
Sekadar informasi, film “Pengkhianatan G30S/PKI” merupakan film produksi 1984 yang dibuat di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Disutradarai sineas kenamaan Arifin C Noer, film ini disebut-sebut menjadi propaganda orde baru atas peristiwa G30S/PKI.
Dibintangi Umar Kayam dan Amoroso Katamsi, film ini sempat diputar secara rutin setiap malam 30 September selama orde baru. Para pelajar bahkan diwajibkan menyaksikan film ini sebagai bagian dari tugas sekolah. Film ini pada akhirnya berhenti ditayangkan setelah Soeharto lengser pada 1998 yang menandai era reformasi. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: