Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I
Teman saya, yang juga seorang Dai Ambassador pada tahun 2017 lalu di Hongkong, ketika melihat postingan foto pengajian di kolong jembatan di Taipo, ia mengatakan sepertinya pernah ke sini yang dekat Terminal apa ya tadz? tanya teman saya, Muhandis az-zuhri – seorang dosen di IAIN Pekalongan Jawa Tengah. Tampaknya memang beliau sangat terkesan sekali dengan model pengajian buruh migran Indonesia yang ada di Hongkong. Unik. Memang sangat mengesankan mengaji di bawah kolong jembatan.
Sementara ada juga teman saya yang mengatakan miris dan prihatin melihat postingan saya itu. Mungkin dia melihat dari sudut pandang yang berbeda, karena memang setiap isi kepala manusia pendapatnya pasti berbeda-beda. Beliau mengatakan apa enggak bising di bawah jembatan pengajiannya? Lho kok nggak di masjid atau di rumah atau di gedung-gedung nya yang menjulang tinggi sampai langit? Menyedihkan. Mengaji kok di kolong jembatan! gimana ceritanya nih? ini salah satu pendapat jamaah saya yang tidak perlu saya sebutkan namanya.
Inilah bukti, bahwa dalam segala sesuatu hal yang menurut kita sendiri itu baik, belum tentu menurut orang lain baik. Tentunya harus bijaksana dalam menyikapi segala perbedaan itu. Seperti orang buta yang mengatakan gajah itu lebar karena memegang kupingnya gajah. ada yang mengatakan gajah itu panjang karena memegang belalainya. Ada yang mengatakan gajah itu tajam karena memegang ujung gadingnya. Ada yang mengatakan gajah itu besar karena memegang perutnya. Ada yang mengatakan gajah itu keras karena memegang kakinya gajah. Ada juga yang mengatakan gajah itu berbulu karena memegang buntunya gajah.
Harus bisa shalawatan jika mau memberikan ceramah di hadapan ibu-ibu majelis taklim di Hongkong. Terutama majlis taklim al-Muhajiroh Taipo – Majelis taklim yang setiap hari sabtu berkumpul dan menggelar tikar di bawah kolong Jembatan Taipo. Ibu-ibunya pandai bermain rebana dan bersenandung shalawat. Saya pun di daulat untuk bersholawat. Untungnya saya Ustadz kekinian. Ustadz Gaul yang kata orang wajah saya mirip dengan Kim Jong Un. Hehe. Tawaran itu pun saya sambut dengan baik, dan melantunkan ya habibal qolbi yang sedang viral saat ini. Inilah pentingnya metode dakwah. Berdakwah dengan santun, berdakwah menyesuaikan dengan mad’u nya. Sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima dan mudah untuk diamalkan.
Di sinilah letak uniknya pengajian di kolong jembatan di Hongkong, mengaji sambil hiburan. Sesekali orang lalu lalang mereka ada yang penasaran, bahkan ada yang sampai mendekati sambal mendengarkan, mendokumentasikannya dengan memotret, merekam video bahkan ikut menikmati sambal memberikan jempol goodnya. Bisa jadi, ini merupakan salah satu bentuk hidayah buat mereka. Amin.
Berbeda dengan di Macau, ungkap Rusmini – salah satu Volunteer Dompet Dhuafa Hongkong. Kalau Macau pengajian biasanya digelar di malam hari, pagi sampai siang istirahat. Kalau di Hongkong pengajian digelar siang sampai sore hari. Dan kebanyakan umumnya pengajian itu dilakukan pada hari libur, yaitu sabtu dan minggu.
Jarak tempuh tempat pengajian kurang lebih sekitar 1 jam perjalanan bis bertingkat dua, antara causeway Bay ke Taipo, dan itu pun harus menunggu agak lama. Setiap jurusan ada nomornya, untuk jurusan causeway bay (dekat Victoria Park – salah satu destinasi tempat kumpul dan pengajian BMI) – Taipo bernomor 370.
Manfaat pengajian di Hongkong, mereka bisa sambil liburan juga, sambil bertemu dengan teman-teman, cerita-cerita sesame buruh migran, mereka bisa menceritakan segala masalahnya, dan curhatnya ke teman-teman.
Kondisi ,masyarakat di Hongkong itu memang semuanya menggunakan transportasi umum, jarang mereka menggunakan transportasi pribadi karena mahal. Belum untuk biaya parkirnya, biaya per km nya pun itu diperhatikan bahkan dihitung. Tidak sembarangan memakai jalan umum, semua ada beayanya. Makanya di sini jarang macet dan orangnya juga sehat-sehat karena banyak yang jalan kaki, lalu lalang menyeberangi jalanan. (***)
Tentang Penulis
- Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA)
- Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU
- Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STITSYAM) Bontang
- Guru SMA YPK Bontang
- Imam Besar Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang
- Penulis Buku: Fathul Khoir – Memahami Tajwid dengan 300 bait Syair, Perjalanan Dakwah di Eropa, Al-Ma’shumi – Metode mudah belajar Alquran, Pengantar Mata Kuliah Praktek Keterampilan Ibadah, Fiqih al-Hijrah – Kumpulan Tanya Jawab Fiqih di al-Hijrah.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post