DPK: Bukan Cuma Soal Ketersedian Pangan
Menjaga stabilitas ketersedian pangan menjadi salah satu hal yang wajib. Pasalnya, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berperan penting dalam pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kutim, Jahriansyah mengungkapkan, masyarakat awam umumnya mengetahui peran OPD yang baru saja ditingkatkan statusnya ini sekadar menjaga ketersedian pangan. Padahal lebih dari itu, ketersedian pangan juga harus dibarengi dengan kualitas pemenuhan gizi. Dalam mewujudkan hal tersebut, ada beberapa proses mata rantai yang saling berkaitan dan harus terintagrasi satu sama lain, mulai dari tahap produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi.
“Pangan ini sangat penting, karena kebutuhan dasar manusia. Kalau pangan tidak bagus, bagaimana kualitas SDM juga bagus. Makanya kami harus terus menjaga seluruh sub sitem, mulai dari produksi hingga dikonsumsi dan status gizi, agar ketersedian pangan tetap stabil,” terang Jahri.
Menurut Jahri, saat ini yang perlu digencarkan adalah sosialisasi kualitas gizi pangan. Pasalnya, pangan yang dikonsumsi masyarakat tidak memiliki gizi seimbang. Hampir keseluruhan terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat. Ini dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa jumlah konsumsi nasi perkapita per tahun mencapai 113 kilogram. Padahal, idealnya adalah separuh dari jumlah tersebut.
“Harusnya seimbang, antara karbohidrat, protein, dan asupan gizi lainnya. Coba saja lihat saat ini, kalau kita yang paling banyak itu nasinya. Padahal kebanyakan karbohidrat juga tidak baik bagi metabolisme tubuh,” terangnya.
Hal seperti inilah yang terus disosialisasikan. Salah satu wadah yang diambil adalah melalui lomba cipta dan menu. Biasanya DKP menggandeng Tim Penggerak PKK untuk menggelar lomba tersebut.
“Di dalam lomba, kami mengajak ibu-ibu untuk menciptakan menu sehat yang bahannya banyak ditemukan di daerah setempat. Ini menjadi salah satu ajang kami untuk melakukan sosialiasi, karena hasilnya bisa langsung diterapkan,” ujarnya.
Karena asupan harus seimbang, istilah empat sehat lima sempurna kini pun sudah tak dipakai. Saat ini sudah diganti dengan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).
“Intinya dengan kualitas pangan yang baik, kualitas SDM akan ikut meningkat,” tandasnya.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: