BONTANG – Upaya agar penularan difteri di Kota Taman bisa segera berakhir terus dilakukan Dinas Kesehatan dan Keluarga Bencana (Diskes-KB) Bontang. Selain menyasar ke sekolah-sekolah tempat adanya suspect difteri, Diskes-KB juga melaksanakan tindak lanjut surveilans kasus dengan intervensi vaksinasi massal selektif pada lokasi kasus suspect difteri.
Sabtu (10/2) lalu, Diskes-KB dibantu seluruh petugas Puskesmas di Bontang, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang Bontang, serta Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang Bontang melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) selektif di 3 RT Kelurahan Gunung Elai, yakni RT 8, RT 9, dab RT 42. Bertempat di Balai Pertemuan Umum (BPU) RT 9 Gunung Elai, ORI selektif ini dilakukan lantaran adanya salah satu warga di RT 42 yang terdeteksi sebagai suspect difteri.
“ORI di tiga RT di Gunung Elai ini menyasar 169 anak, dengan usia 1-19 tahun yang tersebar di RT 8,9, dan RT 42,” ujar drg Erwin Wahyudiono, Kepala Puskesmas Bontang Utara I.
Erwin menerangkan, pemberian vaksinasi massal akan dilakukan secara bertahap hingga tiga putaran. Setelah pemberian vaksin ini kata dia, akan dilanjutkan tahap kedua pada bulan depan, dan tahap terakhir pada enam bulan kemudian.
Selain pemberian vaksin, drg Erwin juga menyampaikan 5 langkah pencegahan difteri. Di antaranya peningkatan kesehatan (health promotion). Pada pencegahan ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Tingkatan kedua yaitu perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection). Pencegahan ini merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.
Ketiga, penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment). Pencegahan ini merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Keempat, pembatasan kecacatan (dissability limitation). Pencegahan ini merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Sedangkan yang terakhir, pemulihan kesehatan (rehabilitation). Pencegahan ini merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Sebelum melaksanakan ORI di tiga Kelurahan Gunung Elai tersebut, terlebih dahulu Diskes-KB melalui Puskesmas Bontang Utara (BU) I berkoordinasi dengan keluarahn setempat. Hal ini disadari betul oleh Diskes-KB karena pihak kelurahan lah yang mempunyai wilayah. Dalam koordinasinya, Diskes-KB menyampaikan jika ada satu warga RT 42 ditemukan suspect difteri. Karena saat itu dari pihak kelurahan belum mengerti betul tentang apa itu difteri, akhirnya dari Puskesmas BU 1 pun mengusulkan untuk diadakan sosialisasi.
“Akhirnya kami lakukan sosialisasi di kelurahan dengan menghadirkan semua RT dan kader PKK. Sekaligus kami juga melakukan pendataan untuk jumlah vaksinnya,” ungkap drg Erwin.
Usai melakukan pendataan, sesuai arahan Diskes-KB pelaksanaan ORI selektif dilakukan di 3 RT terdekat. Alhasil, dijadwalkanlah pelaksanaan ORI pada Sabtu (10/2) sesuai dengan permintaan warga setempat.
“Sebelum pelaksanaan, kami juga diundang melakukan sosialisasi internal oleh RT 42. Dari hasil sosialisasi itu, disepakatilah waktunya hari Sabtu jam 08-11 siang ” terangnya.
Erwin menyebut, untuk memaksimalkan komunikasi dan pelayanan saat pelaksanaan ORI, mereka memanfaatkan komunikasi di grup whatsapp. Mulai dari pembagian kelompok, pembagian tugas, hingga persiapan peralatan dan vaksin.
“Untuk peralatan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab puskesmas di wilayah tersebut,” tukasnya. (bbg/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: