BONTANG – Anggota DPRD Bontang, M Irfan angkat bicara melihat meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Taman. Diketahui, sebanyak 77 kasus kekerasan terjadi sepanjang 2019 lalu. Dari data Dinas Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (DPPKB) Bontang, angka ini pun mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Pria yang masuk dalam Komisi I DPRD Bontang ini mengatakan, faktor ekonomi jadi penyebab timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. Oleh sebab itu, dia memberikan solusi agar taraf ekonomi masyarakat dapat ditingkatkan agar angka kekerasan juga dapat diturunkan.
“Kami sebagai wakil masyarakat berpikir bagaimana mencari solusi,” ungkapnya saat ditemui di kantornya Jalan Moeh Roem, Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan.
Selain itu, dia meminta agar pemerintah melalui instansi terkait dan seluruh pihak agar lebih menyosialisasikan kekerasan terhadap perempuan dan anak itu tidak hanya fisik saja, tetapi psikis atau melalui kata-kata kasar juga sudah termasuk unsur kekerasan. Sebab dapat memengaruhi psikologi seseorang. Sebab dengan memukul dan emosi yang berlebihan tidak menyelesaikan masalah, melainkan lebih memberikan perhatian terhadap anak dan istri itu lebih penting.
“Memukul anak itu ada batasnya ,dan kita tidak boleh membentak anak berlebihan. Anak itu kalau dibentak psikologinya down, apalagi kalau dipukul,” ucapnya.
Lebih lanjut politisi PAN ini juga meminta lebih menyosialisasikan ke seluruh RT di Bontang, bagaimana mekanisme jika terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan begitu jika ada kasus, warga segera melapor.
“Kalau sosialisasi harus hadir suami dan istrinya, jadi sama sama paham. (Sosialisasi) lewat RT, dan waktunya sebaiknya malam hari karena waktunya luang,” imbaunya. (Zaenul/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post