TSAMARA Amany Alatas, sosok pemudi kelahiran 1996 itu menjadi sorotan para pemuda Samarinda, Rabu (6/9) kemarin. Kehadiran perempuan muda yang dikenal atas keberaniannya menentang Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah ini rupanya menjadi daya tarik dalam seminar garapan Semangat Cinta Indonesia (SCI) Kaltim yang bertempat di Aula Wira Yudha Markas Korem 091/Aji Surya Natakesuma.
Bertindak sebagai salah satu narasumber, Tsamara membagikan kisahnya kepada para peserta seminar. Khususnya terkait keputusannya untuk terlibat dalam dunia politik nasional. Padahal usianya saat ini terbilang muda, 21 tahun.
“Saya awalnya menganggap politik itu kotor. Buat apa saya mesti ikut-ikutan politik, hanya mengotori diri sendiri. Tapi kemudian saya sadar bahwa politik tidak sepenuhnya seperti itu,” kata Tsamara dalam seminar.
Dia menganalogikan politik layaknya sebuah pisau. Di satu sisi pisau bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, namun bila disalahgunakan bisa melukai bahkan membunuh orang. Politik pun seperti itu. Bila difungsikan sebagaimana mestinya, politik bisa menyejahterakan masyarakat sesuai cita-cita kemerdekaan. Sebaliknya, bila disalahgunakan akan merugikan masyarakat salah satunya korupsi.
“Kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari politik. Karena dari politik itulah kebijakan-kebijakan dibuat,” bebernya.
Ketertarikan Tsamara sendiri pada politik berawal saat dirinya magang di Pemprov DKI Jakarta saat masih dipimpin Joko Widodo. Dalam magang yang hanya berlangsung empat bulan tersebut, Tsamara menyadari betapa untuk bisa mengubah sebuah sistem pemerintahan, dia mesti ikut masuk ke dalam sistem tersebut.
“Sebagai generasi muda, saya tidak bisa mengubah sistem hanya dengan berteriak-teriak dan melakukan demonstrasi. Saya harus masuk ke dalam sistem itu. Makanya saya putuskan masuk ke dalam partai politik,” ungkap mahasiswi Universitas Paramadina ini.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pimpinan Grace Natalie menjadi perahu yang dipilih Tsamara dalam karier politiknya. Salah satu alasannya, PSI merupakan partai baru yang belum memiliki rekam jejak. Sehingga nantinya bila masuk di legislatif, bisa fokus memenuhi janji-janji kepada masyarakat.
Menjadi anggota legislatif memang salah satu muara yang dituju Tsamara. Dia punya keinginan bila terpilih bisa memperjuangkan nasib perempuan Indonesia. Memang tak bisa dimungkiri, ongkos politik bukanlah sesuatu yang murah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi.
“Dengan ongkos yang besar, banyak calon legislatif yang meminta dukungan dana dari banyak pihak. Terutama dari para pengusaha. Sehingga ketika terpilih, dia melakukan segala hal untuk balas budi pada pihak-pihak pemberi dana. Misalnya dengan mengupayakan tender proyek kepada pengusaha tersebut untuk mengembalikan ongkos politik,” terang Tsamara.
Makanya dalam perjalanan menjadi anggota legislatif kelak, dara berkulit putih ini tidak akan menggunakan pengumpulan dana seperti itu. PSI sendiri kata Tsamara, punya cara yang lebih baik dalam menggalang ongkos politik. Yaitu dengan menerima sumbangan dari masyarakat pendukung.
“Nominalnya tidak harus besar. Karena bila setiap pendukung memberikan sumbangan, akan terkumpul nilai yang dibutuhkan. Kalau ongkos politik ini datang dari masyarakat, tentunya anggota legislatif terpilih akan memiliki tanggung jawab memperjuangkan kepentingan masyarakat,” tegasnya.
Kiprah Tsamara yang memberikan inspirasi ini rupanya diakui oleh Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail. Kata dia, merupakan sebuah kebanggaan ada pemuda yang terjun ke dunia politik. Dia pun berharap ke depan akan banyak pemuda khususnya di Samarinda yang mengikuti jejak Tsamara.
“Silakan saja bila ada pemuda yang punya kepedulian terhadap masyarakat melalui jalur politik. Kalau perlu ke depan legislatif kita diisi oleh para pemuda,” sebut Nusyirwan. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: