Siti Aisyah tampaknya berbeda dengan anak kecil kebanyakan. Di saat yang lain sibuk dengan gadget, dia justru tertarik dengan kitab kuning. Kitab yang dulunya sebagai salah satu panduan para ulama menyebarkan Islam, di samping Alquran.
Kumandang azan Asar terdengar dari speaker TOA musala Pesantren Syaichona Cholil, Teluk Pandan. Ratusan santri berbondong-bondong menuju rumah ibadah itu. Siti Aisyah juga tak ketinggalan. Setelah menunaikan kewajiban, Siti bergegas membuka kitab kuning. Kitab itu dibacanya perlahan, berulang-ulang.
Siti Aisyah memang sudah jatuh cinta dengan kitab kuning dimulai sejak dirinya duduk di kelas 1 SMP, hingga kini dia telah duduk di kelas 3. Metode latihan dan waktu belajarnya juga ikut mendukung capaian prestasi ini.
“Saya belajar tiap habis selesai salat, biasanya habis salat subuh, asar, dan magrib,” ungkap gadis kelahiran Bontang 16 agustus 2002 silam.
Kecintaannya dan ketekunannya dalam belajar, berbuah prestasi bagi Siti. Siswi ini berhasil merebut Juara 2 tingkat Nasional di ajang Musabaqoh Qiraatil Kutub (MQK) Jepara, Jawa Tengah 30 Desember 2017.
Dia mengaku banyak menghadapi pesaing berat dari perwakilan provinsi dari seluruh indonesia. Berkat keikutsertaannya itu pula dia mendapat banyak pengalaman dan terus memperbaiki kemampuan. “Saat lomba, peserta harus membaca kitabnya lalu diartikan, kemudian ditanya oleh para juri bacaan-bacaan kita tadi,” tutur putri dari pasangan Ibu Marpiah dan Bapak Marsohip.
Untuk itu dirinya berjanji akan terus belajar dan membagikan ilmu yang didapatnya kepada adik-adik kelasnya. “Saya ingin berbagi dengan siapa saja yang ingin belajar,” kata Siti ditemui belum lama ini.
Untuk prestasi tersebut maka Bupati Ismunandar didampingi Wabup Kasmidi Bulang serta Kepala Kemenag Kutim Ambotang memberikan penghargaan kepada Siti Aisyah. Penyerahaan berlangsung usai upacara peringatan Hari Amal Bakti ke 72 Kementerian Agama Republik Indonesia di lingkup Pemkab Kutim.
Ketua Pesantren Knona Kholil sekaligus pengajar Ahmad Juhair mengungkapkan pembelajaran dilakukan selama 8 Bulan. Ada 13 santri yang lolos ikut seleksi di Kemenag Kutim hingga Provinsi Kalimatan Timur. Namun yang berhasil hingga ke nasional hanya tiga. Mohon doa dan dukungan agar prestasi ini bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan.
“Kita pertahan juara dengan mengkader lebih banyak santri lagi. Tahun 2018 kita usahakan 30 santri,” katanya. (hd)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: