Jembatan Terputus, Warga Gusung Kesulitan Melintas

Akses jembatan yang biasa dilalui warga pesisir terputus (Nasrullah/bontangpost.id)

bontangpost.id – Aktivitas warga pesisir Pulau Gusung terhambat akibat putusnya jembatan di RT 01, Pelabuhan Tanjung Limau, Kelurahan Gunung Elai.

Diketahui, jembatan tersebut acap kali digunakan warga pesisir untuk beraktivitas. Seperti sekolah, berobat, belanja, dan sebagainya.

Salah seorang warga Gusung Samsiah mengaku mulanya jembatan tersebut dalam kondisi baik. Namun, satu tahun belakangan kondisi jembatan tersebut berubah memprihatinkan.

Agar aktivitas tetap berjalan, ia bersama warga Gusung lainnya hanya bisa mengandalkan empat buah papan yang tersisa dan menjadi satu-satunya akses jalan utama. Tidak ada jalan lain, warga pesisir terpaksa melewatinya.

“Mau bagaimana lagi, akses kami untuk ke darat cuman dari sini,” akunya saat dijumpai, Kamis (29/9/2022).

Dampak yang ditimbulkan akibat putusnya jembatan ialah sulitnya kapal ketinting berlabuh. Pasalnya, kapal milik warga Gusung terpaksa diparkir jauh ke tepi. Hal itu dilakukan agar kapal dengan ukuran yang kecil tidak terhimpit dengan kapal lainnya.

“Kapal milik warga disini kan besar. Kalau kami parkir di sebelah kapal mereka maka kapal kami bisa tenggelam. Toh, kalau ada tempat sandaran, minusnya tidak ada jalan ke darat,” keluhnya.

Bahkan, sering kali warga pesisir terpeleset dan terjatuh saat melintasi papan tersebut. “Ada saja warga yang jatuh. Telurnya pecah lah, air galon tumpah, harus hati-hati sekali kalau bawa beras,” keluhnya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, empat bilah papan tersebut tidak terkait antara satu dengan lainnya. Sehingga saat menapaki papan jenis ulin itu harus berhati-hati lantaran papan bergoyang.

Kondisi itu turut disayangkan oleh Ketua RT 01, Kelurahan Gunung Elai Asmah Asri. Kata dia, jembatan tersebut sudah ada sejak 2000. Kata Asmah, putusnya jembatan bukan disebabkan oleh faktor alam. Melainkan dibongkar oleh salah seorang warganya.

“Sudah dari tahun kemarin kondisinya begini. Tapi, belum ada satu bulan eh dibongkar lagi. Jadi yang tersisa papan itu,” sebutnya.

Asmah mengaku tidak mengetahui persis mengapa salah seorang warganya melakukan itu. Upaya komunikasi telah dilakukan dengan melibatkan pihak kelurahan maupun kecamatan. Namun, sampai saat ini masih belum menemukan solusi.

“Ini kan akses umum. Kok tega gitu. Bahkan warga disini pun kasihan sama warga Gusung karena aksesnya susah. Jadi, kalau mau ke darat mereka lewat pinggir rumah saya,” jelasnya.

Kata Asmah, sebenarnya masalah ini sudah pernah diadukan ke kelurahan. Bahkan sempat ditangani oleh anggota dewan. Namun, penindakan kasus terhenti tanpa adanya penyelesaian.

“Tahun berapa saya lupa. Tapi, kasus ini terhenti saat ditangani dewan. Padahal saat di dewan itu kami membawa tanda tangan petisi penolakan pembongkaran jembatan dari warga Gusung. Tapi, karena enggak mau ribut jadi memilih diam saja. Makanya, saya berharap pemerintah yang sekarang bisa memperhatikan warga pesisir,” tandasnya. (*) 

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version