BONTANG – Maraknya kasus miras oplosan seperti aldo dan koteng di Bontang menjadi fenomena yang menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya kasus tersebut melibatkan anak-anak di bawah umur. Meskipun kerap kali ditangkap dan dilakukan pembinaan, namun tetap saja tidak menimbulkan efek jera bagi para pelakunya.
Fenomena ini pun menarik perhatian mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) angkatan 75 untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut di Kota Taman. Nantinya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi sehingga dapat menekan kasus yang bisa merusak para generasi muda itu.
“Penelitian ini juga menjadi bagian dari pengabdian kepada masyarakat (dianmas) mahasiswa kami di Bontang yang jumlahnya sebanyak sepuluh orang,” ujar pendamping mahasiswa, Kombes Pol Dwiyono kepada Bontang Post, Senin (17/12) kemarin usai menggelar audiensi dengan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni di Ruang Rapat Lantai II Kantor Wali Kota, Bontang Lestari.
Adapun kegiatan dalam penelitian ini nantinya, mulai dari melakukan survei dan wawancara langsung kepada masyarakat, melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait, melihat langsung permasalahan di masyarakat, melakukan sosialisasi ke berbagai pihak, melakukan imbauan ke berbagai pelaku usaha seperti penjual miras, apotek, toko obat atau toko jamu untuk tidak menjual secara bebas obat batuk, minuman berenergi, serta alkohol 70 persen kepada anak-anak di bawah umur.
“Setelah itu juga akan melaksanakan FGD (Focus Group Discussion, Red.) dengan seluruh stakeholder untuk mencari solusi bersama dan meminta saran terkait permasalahan miras oplosan ini,” tukasnya.
Turut hadir dalam audiensi ini Wali Kota Bontang, Bagian Hukum Pemkot Bontang, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB), Satpol PP, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-P3M), Dinas Pendidikan (Disdik), para camat dan lurah, serta Kapolres Bontang beserta jajaranya. (bbg)