BONTANGPOST.ID – Ketika salju mulai turun di belahan bumi utara, dan lampu-lampu Natal mulai berkelap-kelip, ada nuansa perayaan yang berbeda namun tak kalah hangat di jantung dunia Arab.
Natal biasanya identik dengan negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Namun, siapa sangka bahwa sejumlah negara Arab yang mayoritas muslim juga turut merayakan Natal?
Meski penduduk Kristen di negara-negara ini termasuk minoritas, perayaan Natal tetap diakui secara resmi, bahkan beberapa negara menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Lebih dari sekadar libur, perayaan ini menjadi potret indah toleransi dan kebersamaan di tengah perbedaan.
Di tengah lanskap budaya yang didominasi Islam, komunitas Kristen di beberapa negara Arab merayakan Natal dengan tradisi unik dan penuh makna.
Enam negara Arab secara resmi mengakui Natal sebagai hari libur nasional: Irak, Lebanon, Suriah, Sudan, Yordania, dan Mesir.
Palestina, tempat kelahiran Yesus Kristus, juga merayakan Natal secara luas meskipun tidak menjadikannya hari libur resmi.
Berikut adalah negara-negara Arab yang merayakan Natal dan tradisi unik yang mereka miliki.
Irak
Irak menetapkan Natal sebagai hari libur nasional pada 2018 dan memutuskan untuk mematenkannya pada 2023.
Meski berada di kawasan mayoritas Muslim, Irak memiliki sejarah panjang komunitas Kristen yang dianggap tertua di dunia.
Komunitas Kristen di Irak, seperti Ritus Kasdim, Suriah, dan Armenia, memiliki tradisi meriah.
Mereka mengunjungi gereja untuk kebaktian malam dan berbagi makanan khas Natal bersama keluarga.
Sayangnya, konflik yang terus berlangsung membuat perayaan Natal sering kali sederhana.
Lebanon
Dengan sekitar 30 persen penduduknya beragama Kristen, Lebanon menjadi salah satu negara Arab yang meriah merayakan Natal.
Ada 18 komunitas Kristen yang merayakan Natal dengan cara berbeda. Sebagian besar merayakan pada 25 Desember, sementara komunitas Armenia memilih 6 Januari.
Tradisi unik di Lebanon termasuk menanam benih gandum yang tumbuh menjelang Natal, sebuah simbol harapan dan kehidupan baru.
Selain itu, Hari Santa Barbara yang dirayakan awal Desember menghadirkan nuansa mirip Halloween dengan kostum dan tradisi unik lainnya.
Palestina
Palestina, tempat kelahiran Yesus di Betlehem, menjadi pusat perayaan Natal meski tidak menjadikannya hari libur resmi.
Tradisi perayaan Natal di Palestina mencakup misa di Gereja Nativity dan sajian khas seperti maftoul, sejenis kuskus yang dimasak dengan kaldu.
Namun, situasi konflik membuat perayaan Natal sering kali dibatasi. Meskipun demikian, umat Kristen Palestina tetap menjaga semangat perayaan dengan kebaktian sederhana dan doa untuk perdamaian.
Suriah
Suriah baru-baru ini menetapkan Natal sebagai hari libur nasional setelah pemerintahan baru mengambil alih kekuasaan.
Ini menjadi momen spesial bagi umat Kristen di Suriah yang selama bertahun-tahun hidup di bawah rezim yang membatasi kebebasan beragama.
Kebaktian Natal dipenuhi doa untuk perdamaian dan persatuan, mencerminkan harapan baru di tengah pergolakan politik.
Perayaan Natal juga diramaikan oleh komunitas yang memperjuangkan hak-hak mereka di pemerintahan baru.
Sudan
Setelah hampir satu dekade tanpa perayaan Natal resmi, Sudan kembali menjadikan Natal sebagai hari libur nasional pada 2019.
Ini menjadi simbol perubahan di negara tersebut setelah runtuhnya pemerintahan yang represif.
Natal di Sudan menjadi momen kebersamaan dan simbol kesetaraan bagi minoritas Kristen.
Kebaktian Natal sering kali diwarnai dengan nyanyian pujian dan doa bersama untuk masa depan yang lebih baik.
Yordania merayakan Natal dengan kemeriahan dekorasi, pohon Natal, dan pasar khas yang menjual berbagai makanan dan hadiah.
Perayaan Natal di Yordania juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dari berbagai negara yang ingin merasakan semangat Natal di Timur Tengah.
Pasar Natal di Yordania menjadi pusat perhatian, di mana keluarga-keluarga berkumpul untuk menikmati suasana penuh kebahagiaan.
Selain itu, gereja-gereja di Yordania menjadi tempat ziarah tahunan bagi umat Kristen dari seluruh dunia.
Meski mayoritas Muslim, negara-negara Arab seperti Irak, Lebanon, Palestina, Suriah, Sudan, dan Yordania menunjukkan semangat toleransi yang luar biasa dengan merayakan Natal secara resmi.
Tradisi yang unik dan semangat kebersamaan di setiap negara menjadi pengingat bahwa keberagaman adalah kekayaan yang patut dirayakan.
Di balik perayaan ini, ada pesan kuat tentang kedamaian, persatuan, dan harapan. Natal di negara-negara Arab bukan sekadar tradisi, tetapi juga cerminan harmoni antarumat beragama.
Semoga semangat Natal membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. (*)