BONTANG – Jenazah Navita (3), korban pembunuhan oleh ayah tirinya Fardi Sali (20) ditemukan penuh dengan luka lebam disekujur tubuhnya. Kedua orang tuanya memakamkan jenazah Navita seperti layaknya binatang. Hanya dibungkus kain putih tanpa dimandikan dan masih menggunakan pempers.
Hal tersebut terungkap setelah jajaran Sat Reskrim Polres Bontang membongkar kembali kuburan Navita di Kilometer 28 Desa Prangat Selatan, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Senin (1/5) kemarin pukul 24.00 Wita.
Kapolres Bontang, AKBP Andy Ervyn melalui Kasubag Humas Iptu Suyono menceritakan kronologis kejadian, peristiwa memilukan tersebut bermula dari Sabtu (29/4) lalu. Saat itu, Fardi alias Ardi hendak ke Kutai Barat bersama istrinya Reni Candra Anita (20) dan anak tirinya Navita. Saat hendak pulang Minggu sekira pukul 19.00 Wita, di tengah perjalanan tersangka menghentikan kendaraannya di Kota Bangun untuk istirahat.
Saat istirahat, anak tirinya duduk di atas perut tersangka Ardi yang sedang berbaring. Tak disangka, Navita buang air besar di atas perutnya. Ardi pun meminta istrinya untuk mengangkat dan membersihkannya, tetapi sang istri menolak membersihkan kotoran di perutnya dan hanya membersihkan kotoran di tubuh anaknya. “Merasa sangat emosi, Navita pun terkena pukulan sebanyak 3 kali di kepalanya hingga mengenai tengkuknya dan pingsan,” jelas Suyono, Selasa (2/5) kemarin.
Melihat anaknya pingsan, kedua orang tuanya berusaha membangunkannya dengan menyiramkan air dan memberi minyak kayu putih di hidungnya agar sadar kembali. Selepas itu, mereka melanjutkan perjalanan.
Mendekati Tenggarong, mereka kembali beristirahat. Saat istirahat itu, anaknya kembali kencing di celana tersangka. Lagi-lagi, sang istri tak mau membersihkannya.
“Disitu, tersangka akhirnya turun dari mobil dan marah-marah sambil membawa anak tirinya turun lantas dia pukuli kembali sampai dilempar ke bak truk hingga melambung ke atas,” ujarnya.
Setelah dilempar, anak itu dibawa kembali ke istrinya dalam kondisi pingsan. Di perjalanan menuju Samarinda, mereka mengecek bahwa anaknya sudah tak bernyawa. Akhirnya, sampai di Samarinda pada Senin subuh, keduanya singgah untuk membeli kain kafan dan cangkul.
Sebelum sampai di Gunung Menangis atau Kilometer 28 arah Samarinda Bontang, Desa Prangat Selatan, jenazah anak tersebut dibungkus dengan cara yang tidak layak dan dikubur di tengah hutan dengan lubang kuburan yang tidak sesuai. “Barulah saat sampai di Bontang, dia bercerita kepada penjual bakso bahwa anaknya sudah meninggal karena menjadi korban tabrak lari dan sudah dimakamkan,” terang dia.
Mendengar kabar tersebut, tukang bakso tersebut langsung melaporkan ke Ketua RT 17. Dari Ketua RT melaporkan lagi ke Bhabinkamtibmas Tanjung Laut Indah, Bripka Mulyono. Karena menemukan kejanggalan, keduanya lantas digiring ke Polsek Bontang Selatan.
Disana, barulah sang istri mengaku dan bercerita bahwa anaknya meninggal karena dipukuli suaminya. “Dari keterangan itu, Sat Reskrim dan Inafis langsung memastikan ke Prangat, lokasi kuburan Navita,”ungkapnya.
Ternyata benar, setelah digali, kondisi jenazah Navita penuh dengan luka lebam. Mulai dari kaki, hingga mukanya yang penuh luka lebam dan menyebabkan matanya bengkak. Tak hanya itu, tangan kanan Navita seperti dalam keadaan patah. Mulutnya juga mengeluarkan darah bercampur cairan.
Sementara di tangan, badan serta kedua lututnya mengalami bengkak dan memar hingga membiru. “Jenazahnya pun lantas dibawa ke RS AW Syahrani untuk menjalani autopsi, memastikan apakah penyebab meninggalnya, apa karena dipukul atau dikubur dalam kondisi masih hidup,” terang Suyono.
Sementara sang istri, hanya bisa terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa. Nita beralasan takut karena diancam suami dan diminta menceritakan kepada tetangga sesuai dengan skenario Ardi yakni korban tabrak lari.
Saat dikonfirmasi, tak tampak raut wajah sedih dari Ardi yang memakai baju tahanan Polres. Dirinya mengaku tak berniat membunuh anaknya. Tetapi dirinya cemburu, karena sang istri sering melawan karena anaknya.
Sehingga, apabila melihat anak tirinya, Ardi seakan melihat bapak kandung Navita. Ardi juga mengaku bahwa mereka selama di perjalanan singgah 4 kali dan 4 kali juga memukuli Navita. “Saya kesal, istri mulai melawan, makanya diluapkan emosi saya sama Navita, karena saya sayang sekali sama istri saya dan tak mau memukulinya,” ujar Ardi.
Ardi juga mengaku jika saat dia kecil sering dipukuli oleh bapaknya dan kejadian itu dia ulangi ke anak tirinya. Sebelum Navita meninggal, Ardi bercerita selalu dimimpikan Navita yang akan meninggalkannya. “Pas belum kubunuh itu sempat dimimpikan, dia (Navita, Red.) bilang: Ayah dadah,” ungkapnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post