Kereta Gantung IKN Perlu Rp 315 Miliar

Empat koridor layanan kereta direncanakan dibangun di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Terdiri dari kereta api perkotaan, kereta api antarkota, kereta api Trans Kalimantan, dan yang terbaru kereta gantung.

bontangpost.id – Rencana pemerintah membangun kereta gantung perlu dikaji lebih detail lagi. Khususnya soal trase. Selain karena belum familier di Indonesia, juga harus memerhatikan aspek keamanan kepala negara, pejabat negara, dan diplomat asing. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengungkapkan, rencana pembangunan kereta gantung IKN bisa meniru Téléphérique des Capucins di Kota Brest, wilayah barat Prancis.

Dengan panjang jalur sekitar 4,1 kilometer, kereta gantung IKN akan dilayani empat stasiun. Durasi perjalanan 12 menit dengan kecepatan 20 kilometer per jam. Adapun kapasitas angkutnya sekitar 2 ribu penumpang per jam per arah. “Diperkirakan potensi permintaan perjalanan kereta gantung sebesar 10.112 penumpang per hari atau 3,69 juta penumpang per tahun,” katanya dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Nilai investasi pembangunan kereta gantung diperkirakan mencapai 21 juta dollar AS atau sekitar Rp 315 miliar per kilometer. Menggunakan sistem aerial atau melayang di udara, koridor kereta gantung dipercaya memiliki kapasitas penumpang besar dengan kebutuhan stasiun yang sedikit.

Koridor kereta gantung akan menghubungkan klaster kantor pemerintahan dengan komersial dan pemukiman IKN Nusantara. Dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, juga terintegrasi dengan moda angkutan lainnya. Seperti bus listrik dan kereta api. Serta terhubung langsung dengan akses menuju luar KIPP. “Di Indonesia, saat ini sudah beroperasi layanan kereta gantung di kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ada pula untuk keperluan mobilitas pekerja di Kota Tembagapura (Mimika, Papua) yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia,” ungkap akademisi program studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Semarang ini.

Menurutnya, keunggulan kereta gantung adalah berkapasitas tinggi dan dapat menampung hingga 5 ribu penumpang per jamnya. Moda transportasi ini juga hemat energi, dan membutuhkan lahan yang minim. Kereta gantung juga diklaim membutuhkan biaya investasi, operasional dan perawatan yang rendah. Hanya 50 persen biaya sistem trem dan 10 persen sistem kereta bawah tanah. Tak hanya itu, dapat beroperasi tanpa pengemudi dan ditambah biaya pemeliharaan yang rendah.

“Membutuhkan waktu pembangunan yang singkat, ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan emisi CO2 yang sangat minim. Dan tak kalah pentingnya adalah berdampak minimal terhadap lanskap kota,” jelas Djoko. Koridor lainnya, lanjut dia, selain kereta gantung adalah kereta api perkotaan yang akan menghubungkan Balikpapan menuju KIPP sepanjang 143,33 kilometer. Dengan perkiraan jarak tempuh perjalanan selama 88 menit. Jaringan sepanjang 125,73 kilometer berada di permukaan tanah (at grade), melayang (elevated) 14,6 kilometer dan bawah tanah (underground) sejauh 3 kilometer.

Selanjutnya, kereta api bandara yang menghubungkan Bandara Internasional SAMS Sepinggan dengan KIPP. Ada dua alternatif trase. Alternatif pertama, sesuai hasil kajian 2021, sepanjang 65,5 kilometer dengan waktu tempuh 29,8 menit yang melintasi empat stasiun. Berada di permukaan tanah (at grade) 55,7 kilometer, melayang (elevated) 6,8 kilometer dan bawah tanah (underground) sejauh 3 kilometer. Pengadaan lahan menjadi satu dengan rencana trase kereta api regional dan kereta api antarkota.

Diperkirakan, besaran permintaan pada 2030 diperkirakan 3.597.767 penumpang per tahun. Sementara itu, alternatif kedua sepanjang 44,91 kilometer dengan layanan tiga stasiun. Jarak tempuh lebih pendek karena mengikuti right of way (ROW) tol ruas Balikpapan-KIPP. “Diprediksi tahun 2030 akan mengangkut penumpang 2.486.719 orang per tahun, lebih kecil ketimbang alternatif pertama,” terangnya.

Terakhir, kereta api Trans Kalimantan sepanjang 187,98 kilometer. Dengan seluruh jaringan berada di atas permukaan tanah yang akan menghubungkan Simpang Tiga Petung (Penajam Paser Utara/PPU)-Bandara APT Pranoto (Samarinda) dengan jumlah 13 stasiun. Layanan 13 stasiun itu adalah Stasiun Simpang Tiga Petung, Stasiun Buluminung, Stasiun Riko, Stasiun Pantai Lango, Stasiun Karingau, Stasiun Karang Joang, Stasiun Samboja, Stasiun Sungai Merdeka, Stasiun Sanga-Sanga, Stasiun Palaran, Stasiun Loa Bakung, Stasiun Sempaja Timur, dan Stasiun APT Pranoto.

Sedangkan depo akan berada di dekat Stasiun Karang Joang dan Balai Yasa di dekat Stasiun Pantai Lango. “Diperkirakan potensi pada tahun 2035 dapat mengangkut penumpang 2.741.439 orang per tahun dan barang sebanyak 4.328.218 ton per tahun,” jelasnya. Dia melanjutkan, konektivitas kereta api regional, telah mempertimbangkan beberapa aspek. Pertama, pertimbangan lingkungan, sosial, dan rekayasa teknis. Alinyemen koridor pada tingkat konsep telah disempurnakan untuk menghindari atau memitigasi kendala lingkungan dan sosial.

Kedua, konektivitas sistem transit menghubungkan pelabuhan, bandara, Balikpapan, KIPP, Kawasan Ibu Kota Negara (KIKN), dan Kawasan Pengembangan Ibu Kota Negara (KPIKN) untuk mengintegrasikan pusat-pusat kegiatan di tiga kota. Selain konektivitas rel kereta api, konsep rel juga mencakup konektivitas rel regional untuk transportasi barang antara gerbang utama, seperti pelabuhan dengan kawasan industri. “Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan telah merancang sejumlah jalur kereta api yang akan dibangun di Kawasan Ibu Kota Negara. Sesuai kebutuhan mobilitas orang dan barang. Dan pembangunan perkeretaapian di Kawasan Ibu Kota Negara dapat ditawarkan pada sejumlah investor dalam maupun luar negeri untuk meminimalkan penggunaan APBN,” ungkapnya.

Di sisi lain, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah mengkaji moda transportasi alternatif yang akan dikembangkan di IKN Nusantara. Saat mengunjungi Stevenson Fishing Port, Harbour Flight Centre, dan Boeing di Amerika Serikat untuk mempelajari regulasi pengembangan kereta gantung, seaplane, dan pesawat jarak menengah, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suaharso Monoarfa mengatakan, pemerintah saat ini sedang melakukan penjajakan kesesuaian kereta gantung sebagai angkutan perkotaan IKN dan pariwisata. Termasuk kesesuaian aspek topografi wilayah serta added advantage berupa panorama kota.

Ia menambahkan, pemerintah juga sedang menelaah pengembangan kereta gantung yang terintegrasi dengan rencana induk dan sistem transportasi perkotaan di IKN. Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI, awal Juli 2022 mengatakan, jaringan kereta api pendukung IKN meliputi kereta api bandara, kereta api antarkota, dan kereta api perkotaan. Dia belum menyinggung mengenai rencana pembangunan kereta gantung. Untuk jaringan kereta api yang dijelaskannya merupakan kegiatan dengan status non proyek strategis nasional (PSN). “Saat ini progresnya adalah kajian kelayakan,” katanya. (riz/k16)