Kisah Inspiratif Warga Bontang: Siti Nur Hayati (143)
Usia mungkin tak lagi muda, namun semangat akan selalu muda. Itulah yang diyakini Siti Nur Hayati. Walaupun tahun ini usianya sudah menginjak kepala lima, namun perempuan kelahiran Jakarta ini tetap aktif melakukan berbagai kegiatan sosial yang menjadi tanggung jawabnya.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Nur, begitu dia biasa dipanggil, sebenarnya sudah aktif berorganisasi sejak remaja. Namun perannya sebagai ibu rumah tangga membuatnya lebih banyak di rumah mengurus suami dan lima anaknya. Barulah dia tahun 2008, dia bergabung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
“Saya lihat PNPM merupakan program yang bagus. Dikerjakan dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan peruntukkannya bagi masyarakat,” kata Nur saat ditemui Bontang Post di eks kantor wali kota lama, Jalan Awang Long.
Sejak itu dia mulai aktif mengawal program PNPM bidang infrastruktur melalui lembaga keswadayaan masyarakat (LKM) Gunung Telihan. Dia juga sempat masuk dalam Pokja Paket Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bontang untuk penanggulangan kemiskinan. Sebagai bagian dari PNPM, tugasnya adalah menggali sumber-sumber masalah di masyarakat untuk kemudian dicarikan solusi pemecahannya.
Aktif di PNPM, tahun 2010 Nur dipercaya menjadi pendamping Kelompok Usaha Bersama (Kube) yang berada di bawah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Bontang. Di tahun 2012, dia mengetuai Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) Bontang Barat. Sebagai ketua WKSBM, dia mulai berhadapan dengan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
“Tugas saya menjembatani PMKS dengan sumber-sumber kesejahteraan sosial. Yaitu dengan orang-orang yang peduli, lembaga sosial, pemerintah, dan lembaga amal,” jelasnya.
Dengan pengalaman pekerjaan sosial tersebut, di tahun 2014 Nur direkrut menjadi pendamping asistensi usia lanjut (aslut) di bawah Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Sampai sekarang dia masih aktif sebagai pekerja sosial di WKSBM dan juga pendamping Aslut. Adapun tujuannya menjadi pekerja sosial bersumber dari keinginannya berbagi dan membantu masyarakat yang membutuhkan.
“Buat saya melakukan pekerjaan sosial menjadi sarana untuk banyak bersyukur kepada Allah. Atas apa yang selama ini saya dapatkan. Karena apa yang saya temui di lapangan itu saya jadikan tempat untuk belajar,” ungkap Nur.
Memang bagi Nur, setiap orang yang ditemuinya dianggapnya sebagai guru untuk belajar menjadi lebih baik. Menurutnya, Tuhan tidak sia-sia dalam memberikan masalah kepada manusia. Karena pasti setiap masalah tersebut memiliki jalan pemecahannya masing-masing. Dia meyakini pasti ada hikmah dalam setiap peristiwa yang terjadi. “Banyak ilmu yang bisa dipelajari. Prinsip saya yaitu belajar, berbagi, dan berkarya,” tambahnya.
Sebagai pendamping aslut, sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari mendampingi para lansia terlantar di Bontang. Dalam hal ini, dia memfasilitasi para lansia terlantar agar bisa hidup dengan layak. Termasuk di antaranya memikirkan tempat tinggal bagi para lansia terlantar tersebut. Serta mencarikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi mereka.
“Saya bahagia bila bisa memberikan bantuan kepada mereka. Tidak melulu bantuan materi, bantuan pendampingan juga misalnya memberikan saran. Karena para lansia juga sebenarnya membutuhkan teman untuk berbincang,” kata istri dari Suyitno ini.
Berbagai jenis karakter lansia pun pernah dihadapi Nur selama mengabdi sebagai pekerja sosial. Yang sulit biasanya saat berhadapan dengan lansia yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Sementara, Nur sendiri tidak paham dengan bahasa daerah yang digunakan. Namun begitu, bahasa tubuh berupa pelukan misalnya, bisa berbicara banyak dibandingkan bahasa lisan.
“Tidak mudah menghadapi lansia. Di satu sisi kita dituntut untuk bersikap lembut, namun di satu sisi kita juga mesti tegas. Harus pintar-pintar dalam membujuk mereka,” sebut Nur.
Salah satu klien yang paling berkesan yang pernah ditanganinya yaitu lansia bernama Wahid yang tinggal di kilometer 6. Meskipun saat itu belum menerima dana aslut, namun begitu aktif dalam berkomunikasi dengannya. Katanya, kliennya tersebut begitu menaruh kepercayaan kepadanya.
“Bahkan sebelum meninggal beliau sempat menyampaikan keinginannya, agar rumahnya nanti bisa dimanfaatkan untuk orang-orang seperti dia. Tapi keinginan itu belum bisa terwujud,” kenang sulung dari empat bersaudara ini.
Selain lansia terlantar, Nur juga menangani masalah-masalah sosial lainnya melalui WKSBM. Dia banyak berhadapan dengan korban-korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kenakalan remaja, dan juga klien dengan gangguan jiwa. Salah satu fokusnya adalah melindungi anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Kata Nur, walaupun karena kenakalan mereka terjerat hukum, namun tetap perlu mendapatkan perlindungan.
“Contohnya remaja SMA yang melakukan pencurian laptop. Walaupun direhabilitasi di lembaga pemasyarakatan, pendidikannya tidak boleh terlantar. Kan kasihan nanti masa depannya bagaimana. Dari kami mengusahakan agar bisa tetap sekolah, ada dispensasi untuk itu,” urainya.
Dengan usia mencapai lima dekade, Nur mengakui bila dirinya tak lagi muda. Meski begitu, bukan halangan baginya untuk tetap aktif menjadi seorang pekerja sosial. Karena baginya, meski fisik mulai menua, semangatnya tetap terasa muda. Bahkan ketika sudah berada di lapangan, dia kerap lupa mengenai usianya.
“Ya karena itu tadi. Pekerjaan sosial sudah menjadi panggilan jiwa. Harus siap kapanpun. Misalnya pernah ada klien yang butuh darah tengah malam, saya ya harus siap,” terang Nur.
Beruntung keaktifannya di dunia sosial ini mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Termasuk sang suami yang ikut membantu. Meskipun sibuk dengan pekerjaan sosialnya, toh Nur tetap menyediakan waktunya untuk keluarga. Dalam hal ini dia mengupayakan semaksimal mungkin bisa dekat dengan keluarganya. “Harus pintar-pintar bagi waktu dan juga jaga pola makan,” tandasnya. (bersambung)
Tentang Nur
Nama: Siti Nur Hayati
TTL: Jakarta, 31 Desember 1967
Suami: Suyitno
Anak:
- Kidung Fajar Santoso
- Sindang Lar Ing Hayati
- Wiso Adityo Ing Hayati
- Azriel Ning Tsauban
- M Yaqut Ali Amin
Pendidikan:
- SDN Pappango Pagi Jakarta
- SMPN 1 Sumobito Jombang
- STM Pembangunan Surabaya
Alamat: Jalan Pontianak 2 RT 23 Gunung Telihan
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post