Keresahan akan produk buah naga dan nanas membuat Farida Sitania, dosen Fakultas Teknik Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda tergerak. Bersama kelompok wanita tani (KWT), Farida menggagas penciptaan produk unggulan.
MUBIN, Samarinda
Delapan bulan lamanya Farida hilir mudik melaksanakan sosialisasi dan pelatihan. Dua Kelompok Wanita Tani (KWT) di KM 36, Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi sasarannya.
Pada Februari 2018, Farida memulai kegiatan tersebut. Awalnya, dia merasa risih karena kerap melihat buah naga dan nanas yang dijual tanpa terlebih dulu diolah. Berdasarkan surveinya, dari penjualan buah tanpa pengolahan itu petani acap merugi.
Setiap tahun, perempuan bernama pendek Ida itu memiliki program pengabdian Tim PKM Unmul Samarinda. Dari segi pendanaan, dia dibantu pemerintah pusat lewat hibah PKM Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
“Petani di Samboja, hasil panen buah naga dan nanasnya melimpah. Tetapi tidak ada penanganan pasca panen. Di situ saya tergerak melakukan pelatihan dan pendampingan,” ungkapnya, Sabtu (20/10) kemarin.
Ida menyebut, kelompok yang dilatihnya antara lain KWT Mekar Abadi dan KWT Mawar Satu. Namun dalam perjalanannya, terdapat empat hingga lima kelompok yang ikut dalam pelatihan, simulasi, perencanaan produk, kemasan, dan pendampingan.
“Setelah dilakukan pelatihan, sekarang produk mereka sudah jadi dan siap dipasarkan. Tergantung keseriusan saja. Sekarang tinggal pendampingan dan evaluasi. Kapan saja kami dibutuhkan, KWT itu bisa konsultasi ke kami,” ucapnya.
Dari hasil pelatihan, dua kelompok yang didampingi Ida sukses menghasilkan produk berupa sirup dan selai berbahan dasar buah naga dan nanas. Jika telah memiliki izin, produk tersebut dapat dipasarkan secara luas.
Apabila dikalkulasi, modal dasar yang disediakan senilai Rp 60 ribu. Setelah diolah, akan menghasilkan keuntungan Rp 130 ribu atau 60 persen dari modal.
Dari segi pemasaran, warga tidak mengalami kesulitan. Pasalnya, KWT Mekar Abadi telah memiliki akses di kegiatan pameran. Selain itu, kelompok usaha itu acap menerima pesanan.
“Harapan saya, pendampingan ini tidak hanya selesai sampai pelatihan. Usaha mereka harus eksis. Tidak hanya selai dan sirup saja. Bisa saja dikembangkan usaha-usaha lain,” harapnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post