Jalan Awang Long, Kelurahan Bontang Baru, selain menjadi kawasan perkantoran instansi pemerintah, belakangan ini mulai dilirik sebagian orang untuk membuka usaha yang cukup potensial. Sekitar 150 meter dari rumah jabatan Wali Kota, terdapat beberapa ‘lahan tidur’ yang kini disulap menjadi pelbagai bangunan usaha. Mulai dari barber, klinik, usaha warung makan hingga kedai ala kafe yang berdiri kokoh sejak tiga tahun terakhir.
Ahmad Nugraha, Bontang
Salah satu tempat yang kini tengah digandrungi kaula muda di Kota Taman adalah Kedai Hitam Putih (KHP). Sebuah kedai bernuansa kafe dengan konsep hommy, dan art gallery. Lahir di penghujung Agustus 2015, KHP perlahan namun pasti, menjadi salah satu tempat destinasi favorit tongkrongan anak muda, aktivis, karyawan bahkan keluarga untuk sekedar diskusi, dan melepas penat dari aktivitas keseharian.
Adalah Festival Poerawijaya, owner KHP bersama istrinya Andi Gadis Natasya. Pria asli Bontang ini rela resign dari pekerjaannya di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang listrik demi merintis usahanya. Berawal dari kecintannya terhadap musik, Val –begitu disapa selepas lulus SMA media 2006 memutuskan untuk hijrah dari Kota kelahiran Bontang ke Kota Kembang Bandung.
Di kota yang dipimpin Ridwan Kamil, Val cukup lama menetap. Tak kurang dari 9 tahun menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta. Ia mengambil jurusan design grafis dan musik.
Dari kecintaannya terhadap musik, ia bertekad ingin menjadi musisi ternama bersama rekannya. Akhirnya Val membentuk sebuah grup band beraliran rock. Sempat menjalani kontrak dengan sebuah label ternama di Jakarta, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari zona nyaman.
“Saya memutuskan untuk membelot dari passion (jati diri, Red.) yang selama ini saya dalami. Saya berfikir sampai kapan harus seperti ini. Hidup hanya sekali. Sementara idealis tidak akan selalu sejalan. Namun pengalaman dan jam terbang sudah banyak saya lewati, akan menjadi bekal abadi kelak,” ungkapnya.
Tak gampang baginya, untuk keluar dari zona nyaman. Namun Val realistis, bahwa hidup tak hanya untuk bersenang-senang dan larut dalam kecintaannya terhadap musik yang sudah menjadi passion-nya selama ini. Tekad sudah bulat, akhirnya ia memberanikan diri pulang ke kota kelahiran untuk membuka usaha.
Setibanya di Bontang, awalnya ia sedikit dilematis, usaha apa yang tepat untuk dijalaninya. Ia pun mulai mengumpulkan ide, dan menyisir beberapa lokasi. Usai mensurvei beberapa lokasi, ia menyimpulkan bahwa di Bontang kurang hiburan. 80 persen penduduk di Kota ini merupakan pegawai dan karyawan.
“Kalau karyawan dan pegawai pulang kerja eggak ada hiburan. Jadi kerja dan setelah itu pulang ke rumah hanya berkutat di situ. Sangat minim hiburan. Makanya saya pikir kenapa tidak saya buka usaha seperti kafe tapi tidak monoton. Dikemas dengan konsep yang beda agar pengunjung bisa betah untuk berlama-lama,” jelasnya.
Di rumah miliknya, Oval pun mantap mencoba peruntungannya tersebut, dengan membuka usaha kedai laiknya sebuah kafe. Namun dengan konsep rumah. Konsep ini sengaja ia buat untuk membuat pelanggan yang berkunjung ketika datang seakan berada di rumah sendiri. Duduk santai berdiskusi sembari medengar alunan musik, ditemani hangatnya Surabi Bandung dan Nasi Goreng sebagai menu andalan.
Penyematan nama Kedai Hitam Putih sendiri, akunya bermakna bahwa hitam putih adalah sebuah polaritas abadi berupa dua kekuatan utama yang saling berlawanan tapi selalu melengkapi. “Maknanya adalah keseimbangan, bahwa segala hal yang terjadi atau yang kita lakukan selalu memiliki sisi positif dan negatif,” tuturnya.
Tak mudah merintis usaha yang sudah masuk ke usia 3 tahun ini. Di awal-awal merintis Oval tak memiliki karyawan. Praktis, selain menjadi owner, ia juga merangkap menjadi pelayan. Memasuki usia 3 bulan, ia mendapat tawaran untuk bekerja di salah satu perusahaan yang sudah lama ia tunggu-tunggu.
“Sempat dilema juga sih karena KHP masih terlalu muda waktu itu, saat itu saya yang jadi waiters, saya juga yang masak, jadi pelayan juga. Pokoknya semua saya handle,” ungkapnya.
Tak ayal dua pekerjaan dilakoninya selama 9 bulan, pagi hingga sore menjadi karyawan, sore hingga malam mengelola kafe. Lambat laun ia bekerja mulai tidak total, KHP pun mulai goyang. Akhirnya setelah diskusi dengan istri, Val memutuskan resign.
“Saya pikir memang benar, bahwa apa yang tidak sesuai dengan jalan dan keinginan saya tidak akan berjalan mulus. Bayangkan, pagi saya kerja jam 6 pagi – 4 sore. Lalu saya ke pasar membeli kebutuhan kedai. Lalu prepare kedai untuk open Jam 5 sore sampai jam 1 malam. Lalu kapan saya bisa ada waktu istirahat dan waktu berkualitas buat rumah tangga saya. Akhirnya putuskan untuk mundur dan fokus kembangin kedai,”terangnya.
Masalah lain yang sempat dialaminya, saat ia berselisih paham dengan sang istri tercinta, terutama soal konsep dan inovasi yang mereka lakukan. Belum lagi dengan karyawan yang keluar masuk, sempat terpikir dibenaknya untuk menutup KHP.
“Tapi saya kembali berpikir keringat yang keluar untuk KHP enggak akan saya sia-siakan gitu aja. Akhirnya saya membuat kesepakatan untuk fokus ke jobdesc masing-masing. KHP enggak akan bertahan sampai sekarang kalau saya dan istri enggak berantem. Kadang memang itu harus dilewati sampai ada titik temunya. Ini yang menjadikan kita lebih dewasa dalam berbisnis,” ungkapnya.
Inovasi tiada henti diberikan Val dan istri demi memanjakan pelanggan setia. KHP menyuguhkan makanan khas bandung, salah satunya Surabi Bandung. Namun makanan berat seperti nasi goreng bakar menjadi menu favorit pelanggan KHP. Minuman berkualitas menjadi titik utama pada menu KHP. Coffee fress manual breawing untuk menemani tamu yang sedang ngobrol bersama rekan bisnis maupun kerabat bisa menjadi alternatif pengunjung KHP
Dengan konsep bangunan yang unik dan berbeda daripada yang lainnya, juga dilengkapi dengan fasilitas seperti sofa yang nyaman, televisi, live accoustic, permainan, free hotspot, serta dekorasi yang pas untuk yang hobi foto. Seperti preweding, perpisahan, perusahaan, photography model session bahkan selfie sekalipun.
“Selama saya jalanin, KHP sebagai mata pencarian saya. Saya tanamkan menjalani dari hati dan fokus adalah inti dari sebuah perjalanan. Serta tanggung jawab besar terhadap sebuah intisari hidup. Bijaksana dalam sebuah keputusan. Berani dalam menjalani tantangan seberat apapun,” tutupnya. (**)
Biodata :
Nama Lengkap : Festival Poerawijaya
Nama Iistri : Andi Gadis Natasya
Ayah : Wawan Roekwandi
Ibu : Atad Sadiah ( Almarhumah )
Hobi : Main Gitar Dan Nyayi
Riwayat Pendidikan SD-SMP-SMA Vidatra
Kuliah : Design grafis ITENAS Bandung
Kuliah MUSIC mayor gitar klasik STiMB Bandung
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post