Kisah Karyawan yang Sukses Lewat Jualan Durian dan Produk Herbal

MUHAMMAD TAUFIK

 

Kisah Inspiratif Warga Bontang: Muhammad Taufik (133)

Menjadi karyawan perusahaan bukan berarti tidak bisa berwiraswasta. Muhammad Taufik buktinya, pria yang berprofesi operator pabrik di PT Pupuk Kaltim (PKT) ini mampu mendulang keuntungan dari usahanya berdagang durian dan juga produk-produk herbal.

LUKMAN MAULANA, Bontang

Berdagang bukan hal yang asing bagi Muhammad Taufik. Berasal dari keluarga kurang mampu memaksanya akrab dengan kegiatan berdagang. Sejak kelas 3 SD, dia sudah membantu ekonomi keluarga dengan menjajakan aneka makanan dan sayur mayur di lingkungan tempat tinggalnya. Dia bahkan masuk ke dalam peternakan menawarkan barang-barang dagangan kepada para pegawai di sana.

“Saya disuruh ibu berjualan. Sebelum berangkat sekolah, saya sudah mengangkat tampah di kepala dan membawa keranjang, keliling berjualan. Awalnya terpaksa, tapi dari situ terbentuk karakter saya berdagang,” kenang Taufik.

Karakter berdagang ini rupanya terbawa hingga Taufik dewasa dan menjadi karyawan PKT sejak 2002. Bentuk usaha pertama yang pernah dilakoninya yaitu berdagang bunga Anthuriam atau yang tenar disebut Gelombang Cinta di tahun 2006. Awalnya ketika Taufik pergi ke Jawa, salah seorang rekan titip memesan bunga Gelombang Cinta di Jawa kepadanya.

Penasaran, Taufik pun ikut membeli beberapa bunga Gelombang Cinta dan membawanya ke Bontang. Di Bontang, dia lantas mengetahui harga bunga hias ini begitu tinggi. Taufik pun melakukan pembelian bunga Gelombang Cinta di Jawa dalam jumlah banyak dan mulai menjualnya di halaman rumahnya.

“Saat berbisnis bunga Gelombang Cinta ini saya sempat mencatatkan omzet penjualan puluhan juta,” kisahnya.

Namun usahanya ini tidak bertahan lama. Dia mendapat nasihat dari seorang teman yang mengingatkan bahwa bisnis bunga Gelombang Cinta yang digelutinya tidak akan bertahan lama. Nasihat itu membuat Taufik berpikir dan menyadari bahwa Gelombang Cinta adalah bisnis musiman. Setelah berhenti menjalankan bisnis Gelombang Cinta, nasihat temannya tersebut terbukti. Harga bunga hias itu turun drastis.

“Saya pun sempat menghitung tren bisnis ini. Karena saya berhenti sebelum harganya turun, jadi saya terselamatkan dari kerugian,” ungkap Taufik.

Setelah bisnis Anthurium lesu, Taufik lantas melirik bisnis ayam organik di tahun 2011. Saat pertama kali membawanya dari Jawa, daging-daging ayam organik dagangannya banyak diminati dan laku terjual semua. Ini membuat Taufik berencana mendatangkan dengan jumlah lebih banyak dari Jawa. Namun kendala pengiriman dari Jawa membuat rencananya ini urung terlaksana.

Meski begitu Taufik tetap ingin mencoba berbisnis ayam organik. Dia lantas bekerja sama dengan rekannya yang merupakan peternak ayam biasa. Dari kerja sama itu dia merintis usaha peternakan ayam organik. Akan tetapi dia mengalami kegagalan dalam percobaan pertamanya dengan 100 ekor ayam. Pada percobaan kedua dengan 200 ekor ayam, lagi-lagi dia mengalami kegagalan. Akhirnya karena selalu merugi, Taufik pun menghentikan bisnisnya tersebut.

Gagal di bisnis ayam organik, Taufik lantas menggeluti bisnisnya yang lain yaitu berdagang buah durian. Bisnis ini sudah dimulainya sejak 2010. Ide bisnis ini menurutnya datang secara tidak sengaja ketika dia dalam perjalanan melewati jalan poros Samarinda-Bontang. Saat itu dia melihat pedagang menjajakan durian di pinggir jalan. Dari situ dia teringat bahwa masyarakat Bontang banyak yang menggemari buah durian.

“Spontan terlintas di benak saya untuk berjualan durian. Kebetulan saya waktu itu mengendarai mobil pick-up. Langsung saya datangi dan saya borong duriannya. Saya bilang kepada ibu penjualnya kalau saya akan menjualnya lagi,” ungkapnya.

Taufik lantas menjual durian-durian tersebut di Pasar Gajah, di kawasan perumahan BTN PKT. Karena masih awam tentang durian, dia sempat bingung saat meladeni para pembeli yang di luar dugaan jumlahnya begitu banyak. Apalagi saat ada pembeli yang menanyakan kualitas durian yang dijualnya. Bukan itu saja, saat itu dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya membelah durian.

“Justru saya yang diajari pembeli yang lebih paham. Dari situ saya banyak belajar tentang durian. Ternyata untuk memastikan kualitas durian itu bagus atau tidak, itu membutuhkan pengalaman,” jelas Taufik.

Saat berjualan durian di Pasar Gajah itulah Taufik sempat diusir oleh kepala pasar. Katanya, Taufik berjualan tanpa izin di sana. Sementara ketika Taufik ingin mengurus izin, kepala pasar menyebut tempat berjualan di sana sudah penuh. Tak patah arang, Taufik kemudian pindah berjualan di luar Pasar Gajah. Akan tetapi lagi-lagi dia diusir dan dilarang berjualan disana oleh satpam perumahan.

“Saya pun akhirnya berdagang secara keliling, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Saya juga melakukan promosi melalui whatsapp,” tutur pria kelahiran Kediri, 37 tahun lalu ini.

Meski dagangannya banyak pembeli dan laris terjual, namun Taufik mengaku tidak mendapat untung signifikan di masa-masa awal berbisnis durian. Bahkan selama dua tahun pertama berjualan, keuntungan begitu sulit diraihnya. Dia lebih sering merugi. Hal ini membuatnya gemas dan penasaran dengan bisnis durian yang digelutinya tersebut. Setelah dievaluasi, barulah dia menemukan kesalahannya yaitu kurang melihat kualitas dari durian yang dijualnya.

“Karena memang dalam berdagang durian itu saya belinya banyak. Sejak itu saya putuskan lebih selektif dalam memilih durian yang saya jual. Saya lebih memilih menjual durian yang berkualitas,” sebutnya.

Perlahan bisnis duriannya mulai mengalami perubahan. Apalagi selama dua tahun merugi, dia sebenarnya mulai membangun pelanggan. Sehingga lapak durian yang kini berlokasi di halaman toko herbalnya di Jalan Bhayangkara tersebut sudah memiliki pelanggan setia. Baik yang mencari durian montong maupun durian lokal.

“Biasanya ramai saat senja dan malam hari. Bahkan pembelinya sampai antre, mobil-mobil berjejer di pinggir jalan. Pernah sampai 20-an orang pembeli yang datang dalam satu malam,” kata Taufik.

Saking banyaknya pembeli, satu ton durian yang didatangkannya dari Sulawesi biasanya bisa habis dalam 4 sampai 5 hari. Dalam sehari, Taufik menyebut bisa mengantongi omzet penjualan durian hingga Rp 10 juta. Sementara dalam sebulan dia bisa mengantongi omzet hingga Rp 250 juta. Omzet tersebut dalam catatan penjualannya selama tahun 2016 silam.

“Untuk 2017 ini baru mulai musim durian. Saat ini masih jual durian lokal saja, harganya rata-rata Rp 40 ribu per buah. Kemungkinan di bulan Februari sudah mulai ada durian montong, kisaran harganya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per buah,” jelasnya.

Kualitas memang menjadi kunci Taufik dalam berdagang durian. Pernah suatu ketika, sebanyak 800 kilogram durian yang diterimanya dari pemasok memiliki kualitas yang buruk. Sehingga dia sempat akan mengirim kembali durian-durian tersebut ke asalnya di Sulawesi. Karena dia memang tidak mau menjual durian dengan kualitas yang buruk.

“Saya ingin melihat pembeli puas dengan kualitas durian yang saya jual. Termasuk bagi saya pantang untuk menjual durian yang diberi obat agar matang sebelum waktunya,” urai pria yang pernah investasi penggemukan sapi ini.

Selain berbisnis durian, Taufik juga menjalankan bisnis penjualan produk-produk herbal halal dari salah satu produsen herbal dalam negeri. Awalnya dia sebatas menggunakan produk berupa kopi herbal tersebut untuk konsumsi pribadi saat bekerja di perusahaan. Produk tersebut lantas diminati rekan-rekannya.

“Akhirnya dari situ saya jadi agen dan mulai berjualan produk-produk herbalnya. Alhamdulillah bisnis herbal ini bisa mencapai omzet Rp 200 juta dalam sebulan,” kata Taufik.

Meski aktif berdagang, kegiatan bisnisnya tersebut tidak mengganggu performa Taufik di perusahaan. Karena semua bisnisnya baik durian maupun produk herbal dilakukannya di luar jam kerja. Saat awal-awal merintis usaha, dia terjun langsung secara penuh di waktu-waktu senggangnya. Namun kini dengan usianya yang semakin bertambah dan kesibukan di perusahaan, Taufik mulai menerapkan pola bisnis cerdas.

“Sekarang ini saya mulai kewalahan menghadapi pembeli yang banyak. Karena itu ketika saya bekerja, saya percayakan pada pegawai saya,” ujar pria yang sempat terlibat dalam pembangunan gedung DRPD Kutai Timur ini.

Terkait kegiatan bisnisnya, Taufik mengaku pernah disindir rekannya di perusahaan. Temannya menyebut Taufik kurang bersyukur karena masih saja berbisnis padahal sudah menjadi karyawan perusahaan. Sindiran tersebut lantas dijawab Taufik bahwa bisnis yang dilakukannya justru merupakan bentuk syukurnya. Karena menurutnya, dengan berbisnis dia bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat.

“Yang tidak bersyukur itu bila hasil bisnisnya digunakan untuk bersenang-senang. Sedangkan hasil bisnis saya untuk keperluan yang baik. Misalnya bila dengan pendapatan sebagai karyawan saya bisa bersedekah Rp 1 juta, dengan penghasilan dari bisnis saya bisa bersedekah lebih banyak dari itu,” jelasnya.

Meski mendapatkan keuntungan besar, Taufik mengungkapkan perjalanan bisnisnya tak terlepas dari berbagai suka duka. Misalnya sempat di suatu hari masih banyak duriannya tidak laku terjual. Padahal, besoknya rasa durian tersebut akan berubah tidak enak. Dia pun terpaksa membuka sendiri durian-durian tersebut dan menyimpannya dalam kulkas.

“Tapi karena terlalu banyak, kulkas saya jadi tidak muat. Akhirnya terpaksa saya makan sendiri durian-durian itu. Saya makan banyak sekali sampai badan saya terasa panas,” Taufik berkisah.

Duka lainnya yaitu ketika pegawai yang dia percaya menjaga bisnisnya ternyata berbuat curang. Baik dalam penjualan durian maupun produk-produk herbal. Beruntung dia tahu benar seluk-beluk usahanya. Sehingga dia bisa tahu ketika terjadi kelainan dalam bisnisnya. Pegawainya yang berbuat curang pun terpaksa diberhentikannya.

Sementara dalam berbisnis herbal, Taufik mengaku merasakan kebahagiaan tersendiri saat produk-produk yang dijualnya bisa menolong dan menyembuhkan orang lain. Ini ditandai dengan banyaknya testimoni dari produk-produk yang dijualnya. Misalnya, ada pembeli yang menderita penyakit parah namun batal dioperasi karena terobati dengan produk herbalnya.

“Memang sudah jadi prinsip hidup saya ingin memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan bangsa. Baik itu dalam hal peningkatan ekonomi dan kesehatan. Menjadi bermanfaat itu banyak jalannya, salah satunya dengan berdagang,” tandas sulung dari lima bersaudara ini. (bersambung)

Nama: Muhammad Taufik

TTL: Kediri, 10 April 1979

Istri: Irna

Anak: Farras Wafa Abidah (11), M Hilman Hakim (9), Niswa Kamila (4)

Pendidikan:

  • SDN 006 Samarinda (lulus 1991)
  • SMPN 19 Samarinda (lulus 1995)
  • SMKN 2 Samarinda jurusan listrik (lulus 1998)
  • Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda (lulus 2001)

Alamat: Perum BSD Jalan Gunung Ijen Nomor 18

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor