BONTANG – Nia, warga Jalan Pipa Gunung Kusnodo, Teluk Pandan, Kutai Timur harus terbaring di Ruang Melati RSUD Taman Husada Bontang. Ia diduga menderita tumor. Sebab bagian perutnya membengkak seperti perempuan hamil trimester ketiga.
Kepada Awak Kaltim Post (induk Bontangpost.id), Nia mengaku Minggu (3/11/2019) malam hari mengalami sesak nafas. Ditambah sakit di bagian perutnya dan nyeri ulu hati. Tak hanya itu, cairan pun dikeluarkannya dari rongga mulut.
“Saya langsung di bawa ke sini (RSUD Taman Husada) menggunakan ambulan,” kata Nia.
Baca juga: Tak Ada Jaminan Kesehatan, Wanita Pengidap Tumor Perut ini Butuh Biaya Pengobatan
Rasa sakitnya ini sudah dialami sejak lima tahun belakangan. Namun, puncak parahnya ketika awal tahun ini. Sebelumnya, perawatan klinis pun tidak dilakukan. Ia lebih memilih berobat secara herbal.
“Awalnya tidak tahu sakitnya apa. Ketiga di USG di salah satu rumah sakit swasta di Bontang terdeteksi di bagian perut tidak ada ruang. Melainkan penuh cairan,” bebernya.
Saat itu dokter menyarankan untuk dioperasi. Sayangnya, perempuan ini memilih mengabaikan arahan tersebut. Dengan alasan terkendala dengan biaya. Keadaan diperparah dengan identitas Nia yang tidak jelas.
Sebelumnya, Nia tercatat sebagai warga Jayapura, Papua. Karena mengikuti suami yang bekerja di kota tersebut. Akan tetapi, tiga tahun belakangan ia harus balik ke kota tempat kelahirannya ini. Lantaran ia bercerai dengan suaminya.
Pencabutan identitas pun dilakukan dengan meminta surat pindah. Keterangan itu pun diurus sejak April lalu. Melalui jasa perantara. Namun, ketika hendak mendaftarkan diri ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kutai Timur, ia menemui kendala. Identitas di Papua masih terekam.
“Saya sempat melakukan perekaman di Sangatta tetapi data tidak muncul. Dijelaskan masih ada identitas di sana yang belum dicabut,” tuturnya.
Pengurusan ini pun menguras kantongnya. Total dana Rp 1 juta lebih lenyap untuk membayar jasa perantara. Mengingat kondisi fisiknya tidak memungkinkan jika harus mengurus sendiri. “Sebenarnya ada niatan saya mengurus. Tetapi kendalanya banyak,” keluh dia sambil tersungkur di ranjang.
Kini, ia menanti uluran tangan dari donatur yang peduli kondisi fisiknya. Petugas medis RSUD Taman Husada pun menyarankan untuk melakukan pemeriksaan tumor di salah satu rumah sakit swasta di Kota Taman. Pemeriksaan itu membutuhkan biaya Rp 600 ribu. Selanjutnya, Nia wajib dirujuk ke salah satu rumah sakit di Samarinda.
“Saat ini saya bingung tidak ada jaminan kesehatan. BPJS tidak punya. Tadi ada yang memberi bantuan Rp 500 ribu. Tetapi pembayaran di RSUD ini belum tahu juga habis berapa. Dua kantong darah sejak satu hari ini telah disalurkan ke tubuh saya,” pungkas ibu dari dua anak ini.
Sementara, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Taman Husada drg Toetoek Probadi Ekawati mengatakan pasien saat ini ditangani oleh pihak rumah sakit. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dalam kondisi emergency, rumah sakit dilarang untuk menolak pasien.
“Untuk diagnosa saya belum mengetahui secara pasti,” kata Toetoek.
Berkenaan dengan pasien belum mempunyai jaminan kesehatan, manajemen RSUD telah menginformasikan kepada Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-PM). Untuk mengalokasikan anggaran untuk pasien ini. “Karena fakir miskin dan anak terlantar bunyinya di Undang-undang harus ditanggung oleh negara,” ucapnya.
Jika ada legalistas pasien merupakan penduduk Kutai Timur, maka manajemen rumah sakit dapat menagih ke Pemkab Kutim. Menurutnya, jika tidak memiliki KTP maka masuk dalam kategori penduduk terlantar.
“Nanti kewenangan Dissos-PM mau bagaimana kami pasrahkan kepada mereka. Kami terpenting menangani pasien terlebih dahulu,” pungkasnya. (*/ak/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda