DI balik derasnya hujan dan ancaman banjir, ada sosok yang berjaga sepanjang waktu untuk memastikan air sungai tetap terkendali. Namanya Asman, penjaga sekaligus operator pintu air Sungai Bontang, di Kelurahan Gunung Telihan. Perannya begitu krusial, terutama saat hujan deras mengguyur, mengirimkan banjir dari luar daerah ke Bontang.
Pintu air setinggi empat meter ini menjadi garis pertahanan pertama dalam menghalau banjir yang kerap mengancam kota. Asman harus selalu siap, siang atau malam, mengatur kapan pintu air ditutup atau dibuka. Salah sedikit saja, air dapat meluap dan membanjiri permukiman warga.
Tugasnya tidak hanya soal membuka dan menutup pintu air. Sampah, ranting, dan batang pohon yang terbawa arus seringkali tersangkut, menghalangi laju air. Meski harus menghadapi risiko besar, seperti ancaman buaya yang menghuni sungai selebar sembilan meter itu, Asman tetap harus turun ke sungai. Dengan tangan kosong, ia membersihkan sungai secara manual, menyingkirkan segala hambatan yang menghalangi arus air.
“Saya pernah ketemu buaya yang panjangnya dua meter. Takut, pasti. Tapi kalau enggak dibersihkan, airnya bisa tersumbat, dan banjir bisa lebih parah,” ujarnya sambil mengenang pengalaman itu.
Pekerjaan ini tentu penuh risiko. Selain buaya, beban berat seperti bambu atau batang pohon besar sering kali tersangkut, dan Asman harus memotongnya menjadi beberapa bagian agar bisa disingkirkan. Semua itu dilakukan di bawah guyuran hujan atau saat air sudah naik mendekati permukiman.
Ketika banjir parah melanda pada tahun 2019, Asman ingat betul betapa tingginya air. “Ketinggiannya sampai lima meter. Sungai dan daratan enggak kelihatan lagi,” katanya.
Dalam situasi seperti itu, dia berada di garis depan, mengatur debit air dengan penuh dilema: jika pintu air dibuka, banjir mengancam permukiman di kota; jika ditutup, warga di sekitar Jalan Flores akan terdampak.
Namun, bagi Asman, semua ini adalah bagian dari tanggung jawabnya. “Saya pernah diprotes karena lahan warga terendam, tapi saya harus cepat mengambil keputusan,” ungkapnya.
Selain mengelola banjir, Asman juga berperan dalam menjaga sungai tetap bersih. Ia menyarankan peninggian turap di sekitar Jalan Flores untuk mencegah air meluap, serta perbaikan jembatan agar sampah tidak menyumbat aliran air di bawahnya.
Dalam keheningan malam atau di bawah teriknya siang, Asman tetap berjaga, memastikan aliran sungai tetap lancar. Di tengah risiko dan tantangan yang dihadapinya, dia adalah penjaga yang tak kenal lelah, menjaga kota dari ancaman banjir. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post