bontangpost.id – Penemuan bangkai mamalia pesut mahakam membuat geger warga Desa Muara Wis, Kecamatan Muara Wis, Jumat (14/8/2020). Pesut tersebut dievakuasi warga setelah ditemukan terbungkus alat tangkap ikan berupa rengge di bagian ekornya.
Kepada Kaltim Post (induk Bontangpost.id), Camat Muara Wis Arianto menjelaskan, pesut tersebut terlihat mengapung usai warga melaksanakan salat Jumat. Warga yang berada di bibir sungai lalu berupaya melakukan evakuasi dengan menggunakan perahu. Selanjutnya, warga berkoordinasi dengan tim pantau pesut untuk menindaklanjuti temuan tersebut.
Diperkirakan, pesut tersebut sudah mati lebih dari dua hari. Arianto menyebut, rengge yang tersangkut pada pesut tersebut bukanlah dari warga Kecamatan Muara Wis. Diperkirakan tersangkut dari rengge warga di permukiman warga di hulu Kukar.
“Dilihat dari jenis renggenya, bukan milik warga Muara Wis. Pesut tersebut hanyut dari daerah hulu di atas Kecamatan Muara Wis,” ujar Arianto.
Penemuan bangkai hewan dilindungi itu hanya selang lima bulan dari pesut mahakam yang juga ditemukan mati. Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) sebelumnya menemukan pesut bernama Rani di perairan Sungai Mahakam, Kukar.
Dalam katalog daftar foto pesut yang dimiliki Rasi, ciri-ciri bangkai pesut yang mati tersebut, mirip dengan hasil identifikasi yang dilakukan pada 20 tahun lalu. Yakni, berdasarkan bentuk sirip pesut, yang menjadi penanda sekaligus pembeda antara pesut satu dan yang lainnya.
Co-Founder Yayasan Konservasi RASI Danielle Kreb menuturkan, untuk tindak lanjut pasca-evakuasi akan dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab kematian serta kronologinya.
“Sudah ditangani oleh BKSDA. Termasuk untuk menelusuri penyebab kematiannya,” ujar Danielle.
Langkah awal oleh tim pantau pesut, seperti pengambilan dokumentasi serta melaporkan kronologi kejadian dengan pihak desa dan meneruskannya ke BKSDA dan Yayasan Rasi.
Untuk diketahui, sebagian perairan di Sungai Mahakam memang masuk kawasan habitat perlindungan pesut mahakam. Hingga saat ini, pesut mahakam diperkirakan tersisa sekitar 80-an ekor.
Meski sudah ditetapkan melalui SK Bupati, penetapan kawasan konservasi perairan untuk habitat pesut mahakam masih selangkah lagi. Saat ini, prosesnya masih menunggu pemerintah pusat untuk menetapkan kawasan konservasi tersebut.
Danielle menuturkan, pihaknya saat ini juga masih menunggu ketetapan pemerintah pusat atas kawasan konservasi tersebut. Namun, SK Bupati yang ditandatangani Bupati Kukar Edi Damansyah belum lama ini, dianggap sebagai pintu masuk agar pemerintah pusat juga memberikan dukungan yang sama.
Dalam SK Bupati tersebut, sudah ditentukan sejumlah zonasi berdasarkan kajian teknis bersama yang dilakukan di daerah. Sehingga, diyakini pemerintah pusat juga mendukung penetapan kawasan konservasi perairan pertama di Indonesia itu.
“Jadi ini juga masih menunggu tahap selanjutnya. SK Bupati itu akan dibawa kepada pemerintah pusat, untuk kemudian diputuskan sebagai kawasan konservasi,” ujar Danielle.
Tahapan kajian atau penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun, menurut Danielle, diyakini bisa membuat pemerintah pusat ikut memberikan kesempatan agar kawasan konservasi perairan di empat kecamatan di Kukar itu terwujud. Apalagi, manfaat penetapan kawasan konservasi itu juga bisa digunakan untuk kepentingan menjaga ekosistem sungai.
Terlebih, fungsinya tidak hanya untuk pelestarian pesut, tetapi juga mendorong perekonomian masyarakat setempat. Termasuk meningkatkan hasil tangkapan ikan bagi nelayan,” imbuhnya.
Untuk diketahui, kawasan konservasi mencakup area dengan total luasan 43.117 hektare yang terdiri dari; 1.081,28 hektare zona inti dengan larangan ketat kegiatan penangkapan ikan, 14.947,65 hektare zona perikanan berkelanjutan, 2.169,44 ha hutan sempadan sungai, 563,79 vegetasi atau hutan sempadan danau dan 24.355,06 zona rehabilitasi dan perlindungan (gambut) dan rawa-rawa (hutan). (qi/ind/k8/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post