BONTANG – Pemandangan kontras terjadi di SPBU Kilometer 3 Loktuan, Minggu (24/2) sore hari. Sebab, pembeli bahan bakar jenis solar tampak berduyun-duyun mengantre. Diperkirakan jarak antrean mencapai 100 meter dari lokasi SPBU. Sementara pengisian jenis dexlite pun lengang.
Arsyad, pedagang sembako mengatakan lebih memilih mengisi bahan bakar solar karena harganya terjangkau. Sebab keuntungan dari berdagang sembako tidak cukup jika kendaraannya diisi dexlite.
Rata-rata sehari, ia memperoleh pendapatan kotor sejumlah Rp 400 ribu. Jika dikurangi dengan modal maka sekira Rp 100 ribu yang didapatkannya.
“Saya tidak kuat untuk membeli dexlite, karena mahal,” kata pria yang berdomisili di Kelurahan Loktuan ini.
Diakuinya, kendaraan digunakan untuk memasok barang dagangan. Ia wajib mengambil tiap hari di Pasar Telihan. Total sejumlah 60 liter habis digunakan dalam kurun waktu tiga hari.
“Kalau memakai dexlite otomatis tiap hari wajib isi. Sementara harganya pun dua kali lipat harga solar,” ungkapnya.
Ia berharap pasokan solar normal kembali. Sehingga pemilik kendaraan tidak perlu mengantre untuk mendapatkannya.
“Perlu ada upaya lanjut dari pemerintah setempat supaya warga mudah kembali mendapatkan solar,” pintanya.
Sementara, Iwan pemilik kendaraan truk mengaku telah mengantre sejak pukul 14.30 Wita. Ketika mendapatkan informasi bahwa di SPBU Loktuan ada pengisian solar. Perjuangan pun dilaluinya. Sebab, pria ini berdomisili di Tanjung Laut. Kurang lebih 8 kilometer dari tempat SPBU berada.
Senada, ia memilih solar karena cukup dengan uang perjalanan yang diberikan dari perusahaan tempat bekerjanya. Sepekan tiga kali, Iwan harus mengantar pupuk ke daerah Wahau.
Adapun volume bahan bakar kendaraannya sekira 100 liter. Bila diisi solar dengan harga Rp 5.150, maka ia wajib merogoh kocek sebesar Rp 515 ribu.
“Uang perjalanan saja Rp 1 juta kalau dipakai membeli dexlite habis untuk bahan bakar saja,” kata Iwan.
Iwan mengatakan tak sedikit pula kendaraan luar Bontang yang mengisi bahan bakar di empat SPBU Kota Taman. Kebanyakan mereka ialah sopir ekspedisi yang habis mengantar barang di sejumlah pertokoan di Bontang.
Berdasarkan pantauan Kaltim Post, beberapa kendaraan kontainer pun ikut mengantre. Padahal, menurut Iwan seharusnya kendaraan seperti itu dilarang mengisi bahan bakar solar.
“Harusnya mereka isi solar non subsidi atau dexlite,” tuturnya.
Diketahui, dalam beberapa waktu belakangan, bahan bakar solar stoknya terbatas. Kondisi ini mengakibatkan kendaraan mesin diesel harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan bahan bakar tersebut.
Diberitakan sebelumnya, keterbasan bahan bakar menjadi dalang terjadinya antrean panjang. Beberapa SPBU mengaku jumlah pasokan dari Pertamina tidak menentu tiap harinya. (ak/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post