Lemak jenuh telah menjadi topik yang kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak buruk bagi kesehatan. Tapi sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam The BMJ justru memupuskan harapan tersebut.
Menurut para peneliti, mengurangi lemak jenuh yang ditemukan dalam makanan hewani, seperti susu dan daging serta kelapa dan kelapa sawit ternyata bisa menurunkan risiko penyakit jantung koroner.
Dan mengganti makanan ini dengan lemak tak jenuh yang berasal dari minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat dan makanan laut tampaknya bisa meningkatkan kesehatan jantung jauh lebih baik.
Temuan baru ini signifikan karena lemak jenuh telah menjadi sumber perdebatan. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam lemak jenuh bisa memengaruhi kolesterol, tapi belum ada penelitian pasti yang menghubungkan mereka dengan kesehatan jantung secara keseluruhan.
“AS Dietary Guidelines saat ini telah mengambil pendekatan konservatif untuk lemak jenuh, dimana mereka tidak boleh lebih dari 10 persen dari total kalori Anda,” kata asisten profesor nutrisi di Harvard T. H. Chan School of Public Health dan penulis senior, Qi Sun, MD, seperti dilansir laman Health.
Studi baru juga memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk makan diet sehat secara keseluruhan yang meliputi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, minyak goreng kaya lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal (dua jenis utama dari lemak tak jenuh), kacang-kacangan, ikan dan susu rendah lemak.
Untuk menentukan efek jangka panjang lemak jenuh pada kesehatan jantung, Sun dan rekan-rekannya mengikuti lebih dari 73.000 perempuan dan 42.000 laki-laki selama rata-rata 26 tahun, mengumpulkan data tentang diet dan kesehatan mereka setiap empat tahun.
Setelah mengendalikan faktor seperti usia, etnis dan faktor potensial lainnya, para peneliti menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi kalori paling banyak dari empat lemak jenuh yang biasa dikonsumsi yakni asam-laurat, asam miristat, asam plametic dan stearic acid. Hasil menunjukkan sebanyak 18 persen lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit jantung koroner selama penelitian dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit.(fny/fri/jpnn)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: