SANGATTA – Tampaknya Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Kutim dilanda galau berat.
Pasalnya, beberapa bulan lalu, Bupati Kutim meminta secepatnya dilakukan pengurusan status sekolah tinggi menjadi universitas. Kampus tersebut tersebut nantinya bernama Universitas Kudungga (UK).
Stiper akan digabung dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta. Pada tahap awal, akan di garap fakuktas pertanian dan agama. Selanjutnya secara bertahap ialah fakultas sosial, ekonomi, hukum, pertambangan dan lainnya.
Namun disisi lain, mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), menuntut agar stiper dari swasta menjadi negeri.
Ada beberapa pertimbangan tuntutan tersebut. Pertama masalah keberadaan status dan masalah kesejahtraan dosen dan mahasiswa.
“Kami sadari untuk saat ini memang belum mendukung. Baik fasilitas maupun SDM stiper. Karenanya kami undang perwakilan dari menristekdikti untuk melihat kalaikkan stiper. Jika belum pantas, apa yang berlu dibenahi. Maka kami akan siapkan hal itu. Intinya kampus kami harus negeri,” ujar Presiden BEM, Saharuddin.
Mengenai universitas, dirinya mewakili mahasiswa lainnya tidak begitu tertarik. Saat ini yang terlintas dibenak mahasiswa ialah negeri dan bukan universitas.
“Biarkan saja bertahap. Pelan tapi pasti. Biar lambat asal kampus kami menjadi negeri,” katanya.
Hal senada juga diutarakan Riswan salah seorang mahasiswa aktif di Stiper. Ia bersikukuh jika kampusnya tersebut harus diubah menjadi negeri. Dirinya mengaku status kampus harus berubah. Cukup sudah menyandang swasta. Saatnya memiliki legalitas yang jelas.
“Kalau kami tetap pendirian harus negeri. Kalau tidak bisa kacau kampus Stiper. Karenanya kami harap harus ada status yang jelas apakah sudah pantas atau tidak. Jika belum apa yang perlu dipenuhi oleh Stiper,” tanya Riswan kepada narasumber Staf Khusus Menristekdikti, Abdul Wahid Muthalib.
Kepala Stiper Prof. Juraemi sedikit menengahi tuntutan tersebut. Katanya, tak mudah untuk mencapai kampus negeri. Masih membutuhkan perjalanan panjang. Sedikitnya dua hal yang harus dipenuhi. Pertama masalah fasilitas dan kedua SDM.
Dua hal ini merupakan hal yang paling subtansi. Bertepatan keduanya belum terpenuhi sepenuhnya. Hanya saja, pada perinsipnya ia mendukung penuh tuntutan tersebut.
“Memang sudah jauh hari usulan menjadi negeri. Tetapi hal itu tidak mudah. Banyak syarat yang harus dipenuhi. Untuk itu saran saya ialah mencapai universitas dulu,” kata Juraemi.
Perlu tahapan. Strateginya mencapai universitas dan kemudian negeri. Pada tatanan universitas inilah semua dibenahi. Jika sudah tercapai semua, baru mengusulkan ke negeri. Tentu hal tersebut akan lebih mudah.
“Jangan sampai nanti jadi bumerang (jika dipaksakan negeri). Memang hal itu sangat memungkinkan. Tetapi untuk jangka pendek, paling memungkinkan sekali ialah universitas. Kalau sudah universitas baru ke negeri,” katanya.
Seperti intruksi bupati, saat ini tim sudah melakukan komunikasi aktif untuk mengubah status perguruan tinggi menjadi universitas.
“Tetap berjalan. 2018 kembali dilanjutkan lagi,” katanya.
Sementara itu, Staff Khusus Menristekdikti, Abdul Wahid Muthalib menyatakan negeri bukanlah jaminan kampus tersebut diminati. Akan tetapi paling utama ialah sekolah unggul dan bermutu.
“Kita butuh perguruan tinggi bagus. Biar swasta jika bermutu dan unggul, pasti dilirik. Banyak yang sudah negeri tapi biasa saja. Bahkan ada yang minta kembali lagi ke swasta. Bukan tujuan utama negeri atau tidak, paling utama ialah unggul,” jelas Wahid.
Karena katanya, status merupakan masa lalu. Bukan jaminan kualitas. Akan tetapi jika unggul, sudah pasti berkualitas. Untuk itu perlu kiranya renungan untuk mencapai sekolah negeri.
“Jadi kami katakan bahwa baik negeri maupun swasta sama saja. Banyak sekali yang swasta ngetop. Intinya aktif. Tetapi lebih baik lagi jika negeri dan ngetop,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: