Diskusi Panel PDAM Hasilkan Banyak Masukan
SANGATTA – Diskusi panel yang digelar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tuah Benua Kutai Timur (Kutim) tak berlangsung sia-sia, Selasa (28/2) kemarin. Sebab, dalam jajak pendapat penyusuaian tarif air 2017 dan sosialisasi perhitungan tarif air yang Full Cost Rescovery (FCR), PDAM banyak mendapatkan masukan. Bahkan tak sedikit peserta diskusi terbuka dengan rencana kenaikan tarif tersebut.
Direktur PDAM Kutim Aji Mirni Mawarni menuturkan, pentingnya penyesuaian tarif agar PDAM bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada subsidi pemerintah daerah, serta untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayanan PDAM.
“Kami juga ingin meremajakan peralatan produksi dan distribusi yang sudah tua dan selalu tersedianya bahan baku, seperti bahan kimia, bahan bakar, dan accecories pemeliharaan,” kata Mawar yang juga panelis dalam diskusi tersebut.
Penyesuaian tarif, bisa mempercepat peningkatan cakupan pelayanan di daerah yang belum terjangkau PDAM secara maksimal. Yang tak kalah penting, yakni meningkatkan kemampuan PDAM dalam berinvestasi, seperti meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan air (IPA).
“Yang perlu diketahui, setiap tahun selalu terjadi kenaikan bahan baku, seperti bahan bakar minyak, bahan kimia dan material sambungan rumah, serta biaya pemeliharaan genset. Jika tidak disokong pendanaan yang baik, tentu akan berimplikasi pada pelayanan,” jelasnya.
Mawar menerangkan, permasalahan PDAM saat ini yakni belum mandirinya PDAM dalam hal keuangan. Karena selama ini sangat bergantung pada subsidi pemerintah daerah. Apalagi kondisi keuangan pemerintah sekarang sedang mengalami defisit.
“Apabila tidak dilakukan penyesuaian tarif, maka akan semakin menurunkan kinerja keuangan PDAM kedepannya. Kalau sudah begitu, tentuakan berpengaruh pada kelancaran pelayanan air bersih kepada masyarakat dan pelanggan,” tuturnya.
Jika tidak ada kendala yang cukup berarti, PDAM merencanakan per satu Juni mendatang tarif air baru sudah dapat diberlakukan. Namun sebelum itu, PDAM akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
“Insya Allah, kami sosialisasi dulu. Hasil diskusi ini akan saya laporkan dulu ke Bupati. Mudah-mudahan sosialiasi tidak terlalu lama, sehingga bulan Juni sudah diberlakukan tarif baru,” ulasnya.
Asisten II Pemerintah Kutim Rupiansyah dalam sambutannya mengatakan, pengoperasional PDAM di hampir kecamatan masih menggunakan genset. Dan setiap tahunnya dibutuhkan support pendanaan dari pemerintah sekitar Rp 30 miliar untuk biaya solarnya.
“Bisa dikatakan, tarif air di Kutim paling rendah jika dibandingkan daerah lainnya di Kaltim. Sehingga memang diperlukan untuk dilakukan penyesuaian. Dan agar PDAM bisa survival, ya jalan terbaik memang harus ada penyesuaian tarif,” sebutnya. (drh/sos)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: