Ketenangan seyogianya dibutuhkan untuk menghilangkan penat karena hiruk pikuk pekerjaan. Lokasi wisata baru ini menawarkan semuanya. Tanpa pungutan biaya, tapi kewaspadaan menjadi tuntutan utama.
DUA jam berlalu, harian ini (Kaltim Post/induk Bontangpost.id) turut menikmati wisata tanah uruk “Tanjung Galau”. Waktu menunjukan pukul 17.45 Wita tapi warga terus berdatangan. Godaan warna jingga membius mata. Surya yang perlahan bersembunyi di balik bangunan pabrik PT Badak NGL menjadi panorama nan indah.
Tiga, empat, lima wisatawan terus mengabadikan momen senja yang ditawarkan. Anak-anak pun asyik bermain air di tepi. Ada pula yang berenang hingga 2 meter jauhnya. “Astagfirullah,” ucap salah satu ibu yang datang dengan seorang lelaki.
Dia tampak berkeliling mendatangi pengunjung yang datang. Mencari orangtua anak yang berenang. “Tadi pagi saya melihat buaya,” ungkapnya dengan nada khawatir.
Ibu adalah ketua RT 14, Kelurahan Tanjung Laut Indah. Masnah namanya, dia terus berkeliling dan mendatangi wisatawan lain. “Hati-hati ya,” dia terus mengucapkan kata itu. Bahkan anak-anak yang berenang pun diperintahkan untuk lekas naik ke darat.
Sayangnya, tak ada yang mendengar. Hanya tiga orang yang menghampiri perempuan berjilbab hitam tersebut. Mereka bertanya terkait buaya yang dilihat Masnah. Dengan bahasa Makassar, cerita yang dibangun ketua RT itu dapat dimengerti ketiganya.
Harian ini memperkenalkan diri dan menanyakan hal serupa. Masnah pun menceritakan, pukul 07.00 Wita saat dia jalan-jalan dengan anaknya melihat seekor buaya, tak jauh dari wisata tersebut.
Maklum, lokasi yang dijadikan lokasi wisata dadakan itu merupakan kawasan pertemuan antara air laut dan sungai. Selain itu, kawasan tersebut dikelilingi tanaman bakau dengan air tenang. “Ini kan muara. Jadi sudah lumrah kalau ada buaya. Makanya saya suruh mereka waspada,” katanya.
Masnah baru sekali melihat buaya di lokasi tersebut. Namun, kata dia, banyak warganya yang lebih dulu mengetahui keberadaan hewan berdarah dingin tersebut. “Besar. Kepalanya aja yang nongol itu kira-kira 30-40 sentimeter,” ungkapnya.
Masnah tak dapat melarang, warga untuk tidak ke lokasi wisata dadakan. Dia hanya berharap para pengunjung waspada. Dia tak memungkiri perihal keindahan wisata baru tersebut. “Kalau pagi banyak burung beterbangan,” ucapnya.
Sementara, ketika sore datang, pancaran jingga dan semilir angin dapat menenteramkan raga. “Kalau sore juga bagus. Malamnya banyak orang memancing,” serunya.
Terkait hal tersebut, Lurah Tanjung Laut Indah Muhammad Adnan yang datang bersama Masnah juga tak dapat melarang. Namun, dia akan melapor ke pihak perusahaan agar memasang papan pemberitahuan terkait peruntukan lahan. “Kalau tidak salah, lahan ini buat pelabuhan pribadi perusahaan,” katanya.
Adnan pun baru kali ini mengunjungi wisata dadakan itu. Dia menyadari bahwa view di wisata Tanjung Galau sangat bagus. “Saya saja kalau ikut nikmati bisa lupa sama utang,” katanya sambil tersenyum.
Namun, ketakutan akan hal buruk yang menimpa warganya menjadi bayangan lain yang menyergap perasaannya. Selain melaporkan kepada pihak perusahaan, Adnan akan meminta Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibnas) untuk melakukan patroli.
“Saya berharap masyarakat dapat waspada. Jika perlu melarang anaknya berenang,” katanya. (*/eza/kri/k16/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post