BONTANGPOST.ID, Paser – Satu bulan lebih peristiwa pembunuhan diduga kuat karena aksi stop hauling batu bara, yang menyebabkan tewasnya Russel (60) warga Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, pada 15 November 2024. Pelaku dan dalang dari peristiwa berdarah ini belum juga berhasil diungkap pihak kepolisian.
Kapolda Kaltim Irjen Pol Nanang Avianto, mengatakan terkait peristiwa di Muara Kate masih berproses dan anggota kepolisian masih bekerja terus untuk mengungkap pelaku.
“Jadi kita juga sudah menggunakan peralatan-peralatan dari mabes (polri) dan IT kita juga,” kata Nanang saat ditemui di BSCC Dome, Jumat (20/12).
Menurutnya, pihaknya sudah berupaya untuk menemukan titik terang dari peristiwa ini namun kawasan di Muara Kate tidak ada CCTV.
“Karena memang kondisi tempat itu, kemarin juga kita berusaha mencari seperti CCTV apa segala macam, tidak ada di daerah situ,” ujarnya.
Kendati begitu, polisi akan terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku dari pembunuhan tersebut.
“Kita tidak diam saja, kita tetap bekerja, bekerja, dan bekerja ya,” sebut Nanang mantan Kapolda Kalteng ini.
Terkait kasus pembunuhan itu, Nanang, menyarankan untuk detailnya bisa menemui Kapolres Paser.
“Nanti lebih detailnya ketemu Pak Kapolres, karena beliau langsung yang saya perintahkan untuk melakukan penyelidikan, untuk mengungkap kasus (Muara Kate) tersebut,” bebernya.
Sebelumnya, keluarga korban menuntut untuk segera mengusut tuntas pelaku dan dalang dibalik penyerangan yang menyebabkan satu warga tewas dan satu luka berat.
Tragedi mengenaskan ini terjadi saat warga sedang menjaga pos stop hauling batu bara di Dusun Muara Kate, Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Paser pada Jumat, 15 November 2024, subuh.
Korban meninggal yaitu, Rusel (60), dan Anson (55) sempat kritis serta dirawat intensif di Rumah Sakit.
Keluarga Korban Rusel, Warta Linus, menceritakan bahwa jauh sebelum peristiwa penyerangan.
Warga setempat memang sudah melakukan penjagaan pos hauling batu bara di Kawasan Muara Kate.
Terlebih, saat ada satu pendeta yang meninggal dunia atas insiden kecelakaan truk hauling batu bara yang melintas di jalan umum pada Senin, 26 Oktober 2024, lalu.
“Kami dari warga setempat melakukan penjagaan dengan ketat agar truk angkutan batu bara tidak lagi melintasi jalan umum, karena berbahaya bagi pengendara lain,” ucapnya kepada Kaltim Post, Minggu (17/11).
Dia menyebut, korban dari truk batu bara ini sudah banyak. “Jadi korban pendeta bukan yang pertama kalinya. Sudah ada banyak korban lainnya,” ungkapnya.
Dari beberapa peristiwa itu, aksi stop truk hauling terus dilakukan, sampai akhirnya warga mendapatkan penyerangan dari orang yang tidak dikenal.
“Awalnya kami malam itu masih berkumpul sekitar ada 20 orang yang menjaga pos hauling batu bara,” paparnya.
Karena warga juga masih mau bekerja keesokan harinya sebagai petani dan buruh. Maka memutuskan untuk pulang tengah malam tersebut.
“Saya juga ikut pulang itu sekitar pukul 03.00 Wita, subuh. Saat balik ,beberapa warga sudah ada yang tidur di pos tersebut,” ujarnya.
Beberapa jam kemudian, ia tiba-tiba mendapatkan telepon dari teman yang berada di lokasi bahwa sedang ada penyerangan. “Penyerangan itu dilakukan kepada Bapak Russel dan Bapak Anson,” ungkapnya.
Warta Linus, menyatakan untuk segera mengusut tuntas pelaku dan dalang dari peristiwa penyerangan yang menyebabkan korban meninggal dunia serta satu mengalami luka berat bekas alat senjata tajam.