SD Filial Desa Keraitan
SANGATTA – Kepala Desa Keraitan Jumansyah, berulang kali mengungkapkan kecemasan akan hilangnya budaya Dayak Basap, warisan leluhurnya. Interaksi sukunya dengan masyarakat lain, ditambah akses informasi dan tayangan televisi yang mudah bagi masyarakat Dayak Basap, menjadi momok yang menakutkan bagi kelangsungan budaya asli mereka.
Atas kegelisahan itulah, Jumansyah bersama dengan masyarakat Dayak Basap lainnya, pada beberapa tahun lalu, mencetuskan kampung budaya di Desa Keraitan. Sebagai kampung budaya, Desa Keraitan terus berbenah diri. Berbagai tradisi dilestarikan seperti upacara adat, kerajinan khas, motif ukiran kayu, siklus berkebun dan tradisi lainnya dikembangkan.
Bersamaan dengan semangat itu, PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang peduli terhadap pelestarian budaya lokal, ikut mewadahi semangat masyarakat melalui program permukiman Dusun Segading yang lebih baik (Segading Resettlement), Desa Keraitan. Caranya dengan membangun balai adat, mendukung berbagai acara adat, mendampingi pengrajin ukiran dan kerajian, serta mendorong terbentuknya sekolah berbasis budaya di SD Filial 013 Segading.
Untuk pendampingan sekolah berbasis budaya, KPC menggandeng Putra Sampoerna Foundation. Lembaga itu memiliki pengalaman dalam pendampingan sekolah berbasis budaya di sejumlah daerah di tanah air. Dalam program ini, KPC dan Sampoerna Foundation menggali dan mengembangkan tradisi dan nilai budaya yang dianut oleh suku Dayak Basap, untuk diajarkan di sekolah.
Salah satu kegiatan yang nyata dilakukan adalah pengembangan sanggar seni dan tari di SD Filial 013 Desa Keraitan. Pada acara perersmian gedung sekolah baru yang dibangun KPC, Rabu (10/5) minggu lalu, berbagai atraksi seni budaya ditampilkan para siswa. Tanpa rasa canggung, para siswa apik mementaskan tarian nyolai, tarian jepen dan pembacaan puisi.
Kepala Dinas Pendidikan Kutai Timur Akhmadi Baharuddin, memuji mental para siswa yang dinilainya sudah mengalami kemajuan pesat. Bahkan menurut Akhmadi, para siswa tersebut sudah memiliki karakter yang baik dan sudah mumpuni tampil pada pentas lebih tinggi lagi.
“Salut dengan anak-anak kita ini, sudah berani dan tidak canggung lagi dalam pementasan. Ini menunjukkan sudah terbentuk karakter yang baik. Biasanya perubahan karaktek itu lama, karena lebih sulit dari perubahan fisik. Saya salut sudah ada perubahan karakter,” ujar Akhmadi.
Atas perubahan tersebut, Akhmadi menilai, hal itu tidak terlepas dari peran KPC yang selalu mendampingi sekolah dan masyarakat di Kampung Budaya Desa Keraitan. “Saya melihat dalam perubahan karakter ini peran KPC dan Putra Sampoerna Foundation sudah bagus. Mari kita tingkatkan lagi sinergi dengan pemerintah agar Kampung Budaya Desa Keraitan lebih maju lagi,” ujarnya.
Manager Project Management and Evaluation Louise Pessireron mengatakan, kampung budaya beserta fasilitasnya dibangun KPC sejak tahun 2011 silam, sesuai amanat dalam AMDAL perusahaan. Program yang dikenal dengan nama Segading Resettlement (pemukiman kembali) itu, bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Dusun Segading, Desa Keraitan.
Selain membangun rumah penduduk, balai adat, kantor desa dan berbagai sumber penghidupan, KPC juga membangun dua gedung sekolah dan fasilitas pendukungnya. Selain membangun sekolah, KPC juga memberikan insentif bagi guru, dana operasional sekolah serta pelatihan guru SD Filial 013 Desa Keraitan.
Louise menambahkan, pendampingan sekolah berbasis budaya Dayak Basap merupakan bagian dari dukungan terhadap perlindungan dan pengakuan terhadap eksistensi dan identitas budaya masyarakat Dayak Basap.
Dengan berbagai kegiatan ini, diharapkan, apa yang dicemaskan oleh generasi tua dan Kepala Desa Jumansyah, bahwa budaya Dayak Basap akan hilang, tidak akan terjadi. Sebab trandisi leluhur telah dilembagakan di Sekolah Dasar Filial 013 Desa Keraitan. (*/drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post