Dipersiapkan jadi pusat hilirisasi industri di Kaltim. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) masih jauh dari harapan. Tanpa ada dukungan infrastruktur, investor bakal enggan untuk masuk ke sana.
Pemprov Kaltim telah berusaha memberikan insentif untuk investor yang mau berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK). Salah satunya, memberikan kemudahan kepada calon investor dalam hal sewa lahan adalah salah satunya. Namun, hal tersebut masih kurang efektif untuk mengerek investor menanamkan duitnya ke Maloy, Kutai Timur (Kutim).
Gubernur Kaltim Isran Noor berdalih mengembangkan KEK MBTK bukanlah hal yang mudah. Usulan legislator Karang Paci–sebutan anggota DPRD Kaltim–yakni menggelontorkan dana untuk penambahan fasilitas di sana. Atau ditutup sama sekali, menurutnya sulit untuk dilaksanakan.
Karena dia berharap pihak swasta yang lebih berperan aktif. Untuk mengembangkan kawasan ekonomi yang digagas mantan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak sejak lima tahun silam itu.
“Namanya baru, jadi biasa saja lah itu. Karena (mengembangkan KEK MBTK Maloy) tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ungkapnya di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan seperti dikutip Kaltim Post (induk Bontangpost.id), Kamis (6/2/2020).
Namun, mantan Bupati Kutim itu tidak akan menutup mata. Evaluasi terhadap upaya yang telah dilakukan pada KEK MBTK bakal dilakukan. Lalu mencari gagasan untuk membenahi fasilitas yang belum tuntas di sana. Termasuk ketersediaan listrik hingga air bersih yang masih jadi persoalan pada kawasan seluas 557,34 hektare itu.
Mengingat, tahun ini tidak ada anggaran yang digelontorkan dari APBD Kaltim 2020. “Makanya akan kami rumuskan dulu. Tentunya akan dipenuhi. Disesuaikan dengan kemampuan daerah. Kalau ada dananya,” janji Isran.
Mantan ketua umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mengatakan akan melakukan evaluasi terhadap Perusda Melati Bhakti Satya (MBS) yang bertugas sebagai operator pelaksana KEK MBTK. Pasalnya, hampir berjalan enam tahun, kawasan yang diproyeksikan menjadi jadi pusat industri hilir kelapa sawit, kayu, dan energi itu tak kunjung terealisasi. “Jangankan perusda, BUMN saja belum tentu bisa. Tapi nanti pasti akan dievaluasi lagi,” janji dia.
FASILITAS TERBATAS
Jika Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) fasilitasnya sudah memadai, investor tentu akan dengan senang hati menginvestasikan uangnya di sana. Pasalnya, KEK Maloy sudah berada di posisi strategis untuk perdagangan internasional. Tetapi sayang, kondisi di lapangan masih memprihatinkan.
Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Azmal Ridwan mengatakan, berjalannya KEK Maloy tentu akan sangat membantu pengusaha kelapa sawit di Kaltim. Urusan transportasi, tak perlu jauh-jauh mengirim dahulu ke Sumatra. Padahal, nanti melewati perairan Kalimantan juga saat dikirimkan ke luar negeri.
Artinya, akan memangkas jarak, waktu, tenaga, dan biaya untuk ekspor. Negara pengimpor komoditas itu pun akan mempertimbangkan, mereka bisa mengimpor lebih banyak jika urusan distribusi lebih cepat dan hemat.
Tetapi, kondisi ini tak bisa dilakukan segera. Meski KEK Maloy sudah diresmikan Presiden Joko Widodo sejak tahun lalu, infrastruktur yang ada belum memadai. “Akses jalan yang tak baik tentu membuat kami berpikir. Misal kami mengirim kelapa sawit ke sana, karena jalannya jelek, kami harus mengeluarkan biaya memperbaiki kendaraan,” beber Azmal.
Dia menambahkan, transportasi air mungkin bisa dilakukan, namun tak semua komoditas mencukupi untuk transportasi air. Sebab, kapal tak sefleksibel angkutan darat. Namun, perjalanan darat lebih menyengsarakan karena medannya.
“Kapal itu kami harus pesan dulu. Dua minggu atau sebulan kami pesan belum tentu ada. Kalau kapal juga ada batas minimumnya. Kalau truk, 7 atau 10 ton saja bisa jalan,” imbuhnya.
Untuk diketahui, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014. Kawasan itu berdiri di atas lahan seluas 557,34 hektare. Dalam perencanaannya, hingga 2025, KEK MBTK ditargetkan bisa menarik investasi Rp 34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai Timur hingga Rp 4,67 triliun.
Di sisi lain, KEK Maloy direncanakan juga menjadi pusat industri pengolahan dan ekspor crude palm oil (CPO) terbesar Kalimantan.
Dari sisi jarak tempuh ke Jepang, KEK Maloy dapat memangkas waktu jarak hingga seperempat waktu jika dibandingkan harus melewati Jakarta dan Singapura. Sebab, dari KEK Maloy ke Jepang hanya sekitar 4 ribu kilometer. Sedangkan, bila dari Jakarta dan Singapura memakan jarak 5,3 ribu kilometer. (jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post