GUSTI Anisssa Adha Zoraya berikut dua orang anggota timnya mestinya sibuk. Menggarap sejumlah project hingga Juni 2020 mendatang. Melakukan sesi foto pre wedding. Menggelar pesta pernikahan. Membuat video company profile. Dan menggarap beberapa agenda internal perusahaan di Bontang.
Seadainya semua projects itu rampung digarap, pundi-pundi yang mereka terima tak sedikit. Untuk sekali sesi foto pre wedding, misalnya. Biaya terendah dibanderol Rp 1,5 juta. Bayangkan bila yang digarap video company profile, apalagi pesta pernikahan. Tentu lebih besar lagi.
Namun pandemi Covid-19 membuat segalanya buyar. Bukannya sibuk menggarap project, kini perempuan yang akrab disapa Icha itu beserta tim justru pening tujuh keliling. Pasalnya sejak pertengahan Maret 2020 semua project dibatalkan.
“Benar-benar, Mbak. Sejak pembatasan yang dikeluarkan pemerintah pertengahan Maret semua project kita ter-cancel (batal),” ujarnya kala berbincang dengan bontangpost.id, Sabtu (9/5/2020) sore.
Awalnya, sebelum bekerja sama dengan agensi kreatif milik Icha, calon klien mesti memberi uang muka minimal 50 persen dari nilai kontrak kerja sama. Ini sebagai tanda jadi. Tapi toh kegiatan dibatalkan semua. Maka DP harus dikembalikan.
“Kalau hari biasa (tidak pandemi) kami potong Rp 500 ribu kalau batal. Cuma ini lagi musibah, kami enggak mau ambil untung. Semua orang susah. Makanya DP kami balikin utuh,” bebernya.
Sudah pusing harus mengembalikan seluruh uang muka calon klien, ada masalah lain yang timbul. Icha dan tim praktis kehilangan sumber pemasukan. Sementara ada cicilan perangkat seperti kamera dan alat-alat pendukungnya mesti dibayar. “Kami mau bayar cicilan kamera dari mana kalau pendapatan aja enggak ada,” ujar Icha, lirih.
Kendati pandemi menghancurkan bisnis ini, sebisa mungkin Icha dan tim bertahan. Lantaran belum ada kepastian kapan pandemi berakhir, sementara mereka alih profesi. Misalnya Icha yang membuka jasa gambar. Seorang anggota timnya, katakanlah Dilan, membuka bengkel foto produk (makanan). Ada yang menjual makanan. Apapun dilakoni, sebagai upaya untuk bertahan di tengah krisis ini. “Sementara teman-teman ngerjain yang lain. Kalau enggak gitu susah, mbak,” katanya.
Sejak pertengahan Maret 2020 pemerintah memang sudah melarang segenap aktivitas yang berpotensi mengumpulkan massa. Sebisa mungkin, masyarakat diminta mengerjakan apapun di rumah. Sekolah. Ibadah. Kerja.
Namun sayangnya, bisnis inti agensi kreatif mengumpulkan massa. Seperti pesta pernikahan dan event. Sebabnya agensi yang hanya bergantung di dua bisnis itu langsung teler ketika pemerintah melakukan pembatasan. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post