Untuk pertama kalinya, Bontang Post mendapatkan kesempatan belajar lebih dalam tentang pengelolaan halaman anak muda, Zetizen. Kesempatan belajar langsung di Jawa Pos kemudian disambut baik, dengan mengirimkan penanggungjawab Zetizen Bontang Post, Muhammad Zulfikar Akbar ke Surabaya. Apa hasil yang didapat selama dua hari belajar di Graha Pena?
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
KESEMPATAN emas ini tak saya sia-siakan. Setelah terbit sekira 5-6 bulan yang lalu, Zetizen Bontang Post memang sedang mencari jati diri. Arahan dari Jawa Pos Group (JPG) untuk menerbitkan halaman anak muda ini di seluruh jaringan korannya memang sudah dilakukan oleh Bontang Post. Tapi, bagaimana kami mengelola halaman tersebut?
Pertanyaan ini terus terngiang selama 2 bulan sampai 3 bulan terakhir. Sebab, selama Zetizen Bontang Post terbit, konten lokal masih kurang. Hanya 2-3 edisi saja konten lokal yang diterbitkan melalui halaman Zetizen ini. Selebihnya, merupakan konten Zetizen nasional.
Saat undangan mengikuti kegiatan evaluasi halaman Zetizen se JPG di Graha Pena Jawa Pos Surabaya, Selasa-Rabu (25-26/4) lalu datang ke Bontang Post, kami pun kaget. Sebab, meski sangat minim konten lokal di Zetizen Bontang Post, kami diwajibkan hadir dalam kegiatan tersebut.
Berbeda dengan Kaltim Post, induk Bontang Post yang memang menyuguhkan halaman Zetizen Kaltim Post dengan konten-konten lokalnya.
Rasa ingin belajar dan ingin tahu lebih tentang Zetizen pun semakin besar dengan kegiatan ini. Dengan perjalanan sekira 6 jam dari Bontang-Balikpapan menggunakan bus patas, dilanjutkan penerbangan dari Balikpapan-Surabaya sekira 1,5 jam, saya akhirnya menginjakkan kaki di Graha Pena, gedung milik Jawa Pos yang merupakan induk Bontang Post.
Sekira pukul 14.00 Wib, acara pembukaan pun di mulai di lantai 4, bersebelahan dengan ruang redaksi Jawa Pos dan kantor DBL Indonesia.
Tak hanya dari Bontang Post yang hadir. Sekira 37 media di bawah naungan JPG pun turut hadir. Mereka membawa sekira tiga kru dan satu orang alpha zetizen dari masing-masing provinsinya. Yang berasa istimewa, pada acara pembukaan kali ini, Komisaris Utama JPG yang juga Direktur Utama PT Jawa Pos Koran, Azrul Ananda menyempatkan hadir bersama New Zealand Trade Commisioner for Indonesia, Tim Anderson. Dalam pembukaan kali ini, Azrul dan Tim bersama-sama meluncurkan program Zetizen National Challenge go to New Zealand 2017.
Sayangnya, Azrul yang hadir saat itu tidak bisa berbicara sama sekali karena pasca operasi pita suara. Sepanjang acara, putra dari Dahlan Iskan ini banyak memperlihatkan senyum lebarnya. Sambutan yang harusnya diberikan olehnya pun, digantikan oleh Corporate Communication PT Jawa Pos Group. Sisil yang mewakili Azrul menyebut, ke-38 media di bawah naungan JPG yang mendukung kerjasama dengan New Zealand dianggap sebagai hal yang luar biasa. “Respons dari zetizen di 34 provinsi begitu besar,” sebut Sisil.
Tim yang fasih berbahasa Indonesia ini mengaku senang dengan program yang dibuat oleh Zetizen. Sebagai bentuk kerjasama yang baik dengan Jawa Pos, Tim pun akan memberikan program tambahan yakni magang selama tiga bulan di New Zealand kepada para pemuda Indonesia. “Selain program Zetizen Go to New Zealand, program magang ini khusus pemuda yang tertarik di dunia lingkungan,” ujar Tim.
Acara pembukaan yang turut dihadiri 10 member alpha zetizen ini akhirnya ditutup dengan penandatangan kerjasama antara Zetizen Jawa Pos yang diwakili Azrul dengan New Zealand yang diwakili oleh Tim. Usai kegiatan tersebut, ke-38 penanggungjawab Zetizen se JPG kemudian berkumpul di tempat terpisah untuk mengikuti agenda berikutnya, yakni sosialisasi program Zetizen Go To New Zealand serta evaluasi halaman Zetizen. Kru Zetizen Jawa Pos pun saling bergantian menginformasikan tentang program terbaru Zetizen serta tampilan terbaru website zetizen.com.
Tak hanya para penanggungjawab Zetizen yang hadir saat itu. Beberapa di antaranya bahkan pemimpin redaksinya yang turun langsung. Seperti dari Rakyat Bengkulu yang menerjunkan Zacky Antoni dalam kegiatan kali ini. Kepada Bontang Post, Zacky menyebut halaman Zetizen yang dikelolanya berjalan berbarengan dengan launching halaman Zetizen di seluruh Indonesia, 7 Maret 2016 lalu. Krunya pun juga banyak, dengan umur yang relatif muda.
Saya juga bertemu dengan Joni, pengelola Zetizen Malut Post yang kini sedang memasuki semester akhir di jurusan Sastra Inggris. Di usia yang lebih muda dari saya, dia sudah menjadi penanggungjawab halaman Zetizen. Meski punya sekira tiga orang yang menjadi timnya, namun kinerjanya masih dianggap belum maksimal karena member yang terdaftar di zetizen.com masih lah sedikit. “Biar pengelolaan Zetizen di Malut Post lebih baik dengan ikut evaluasi ini,” ujarnya.
Joni mungkin merupakan satu dari sekian banyak yang mempunyai alasan serupa seperti saya. Dia muda, bersemangat, dan ingin membuat Zetizen di daerahnya menjadi lebih baik. Yang saya sadari, mereka yang hadir selama dua hari ini, merupakan kumpulan orang-orang kreatif yang selalu punya ide-ide segar. Meski terkadang tema halaman Zetizennya sama dengan Zetizen Jawa Pos, namun kemasannya pun tak serupa, bahkan kata anak muda sekarang, lebih kece!
Well, saya beruntung ikut dalam forum ini. Tak hanya membuka pikiran dan ide segar nan kreatif tentang Zetizen Bontang Post mengalir deras, namun membuat saya kali ini ikut merasa lebih muda! (*/bersambung)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post