Terkendala SDM dan Angaran, Berharap Kejujuran Perusahaan
SANGATTA – Tidak semua potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kutim ppl lll bisa dikelola dengan maksimal. Contohnya Galian C. Potensi ini masih terabaikan. Hasil yang diperoleh dari galian C masih jauh dari harapan.
Padahal, potensinya sangat luar biasa. Hal ini dibenarkan Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kutim, Musyaffa. Seharusnya potensi galian C masih bisa digenjot hingga titik maksimal. Meskipun begitu, pihaknya tak bisa berbuat banyak.
Pasalnya, kendala terbesar ialah minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) maupun anggaran untuk melakukan pungutan dan penggajian.
Berbeda dengan sebelumnya, potensi galian C tersebut langsung digarap dinas terkait. Yakni Dinas Pertambangan dan Energi.
Namun kini urusan pertambangan dan gali menggali dialihkan ke Pemprov Kaltim. Lantas, Pemkab Kutim harus menurunkan tim yang anggotanya tidak spesifik menangani hal tersebut.
“Kalau dinas pertambangan menangani hal tersebut berdasarkan perhitungan khusus. Misal ketika gunung dipangkas, maka ada sekian kubik yang terdata untuk dimasukkan ke suatu objek terkait, dan lain sebagainya. Sementara saat ini, ditangani dengan tim yang secara umum bergerak, tentu hasilnya berbeda,” ujar Musyaffa.
Dibalik permasalahan ini, pihaknya hanya berharap kejujuran perusahaan dalam memberikan laporan dari pemanfaatan galian C tersebut.
“Harapan kami kini hanya kejujuran pihak perusahaan saja saat melapor. Bahwa mereka menggunakan minerba (mineral dan batu bara) sekian kubik atau ton dari yang dieksplorasi,” kata Sekretaris Kahmi itu.
Saat ini, lanjutnya, capaian pada sektor tersebut di Kutim sudah sebesar Rp 2,5 miliar, dari target Rp 1,5 miliar. Memang sudah terlampau target. Bahkan target PAD secara keseluruhan.
“Kalau misalnya ada dinas yang bisa mengurusi teknis lebih spesifik lagi, seperti dinas pertambangan pada beberapa tahun lalu, tentu hasilnya akan lebih besar,” katanya.
Diketahui, galian C adalah bahan tambang yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak. Contohnya garam, pasir, marmern batu kapur, tanah liat, dan asbes.
“Kalau di ibu kota mungkin lebih mudah penanganannya. Ini Kutim merupakan daerah yang luas, penanganannya mencakup ke desa-desa dari 18 kecamatan. SDM untuk menghitung-hitung itu masih terbatas. Jadi hanya mengharap kejujuran perusahaan,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: