Peduli Anak Jalanan, Jujur Ungkapkan Fakta

SETIA: Adji Suwignyo (kiri) bersama sang istri, Sri Helyani Yanti.(LUKMAN/METRO SAMARINDA)

 

Adji Suwignyo, Ketua Harian KPAID Samarinda

Berbagai permasalahan anak sudah menjadi menu harian Adji Suwignyo, ketua harian Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Samarinda. Melalui perannya ini, Adji ingin memastikan anak-anak di Samarinda telah terlindungi hak-hak dasarnya.

LUKMAN MAULANA, Samarinda

Kepedulian Adji terhadap perlindungan anak bermula dari kepeduliannya terhadap anak-anak jalanan. Rupanya, Adji sempat merasakan bagaimana pilunya menjadi anak jalanan semasa kecil. Dia mesti bekerja keras menjadi buruh panggul dan buruh tani. Dengan kondisi Adji sebagai anak jalanan waktu itu, tidak ada orang yang mengarahkannya dengan baik, mengarahkan yang positif.

“Dari pengalaman itulah saya punya inisiatif, kalau saya sudah punya penghasilan, sudah punya posisi sosial yang baik, saya akan berbuat untuk menampung mereka (anak jalanan, Red.),” urai Adji saat ditemui Metro Samarinda (Kaltim Post Group) di RSUD AW Sjahranie, Selasa (11/4) kemarin.

Sempat bekerja di perusahaan kontraktor dan tambang, Adji kemudian tergerak untuk terjun menjadi pekerja sosial. Hal ini bermula dari seringnya dia mengikuti kegiatan sang istri, Sri Helyani Yanti yang bekerja di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas IIA Kementerian Hukum dan HAM Samarinda. Kebetulan sang istri menangani klien anak-anak.

“Saya sering mengantar istri bekerja, termasuk kunjungan ke keluarga pelaku kejahatan anak-anak. Dari kunjungan ini saya mengetahui bahwa salah satu faktor mengapa mereka melakukan kejahatan karena tidak memiliki pendidikan dan keterampilan. Sehingga mudah jadi pencuri, kurir narkoba, atau memukul orang,” terangnya.

Menyadari mirisnya kondisi seperti itu, muncul niat dalam diri Adji untuk bergerak aktif untuk memberikan pendidikan dan keterampilan pada anak-anak jalanan. Tahun 2009, dia mendirikan sekolah untuk anak jalanan di tepian Sungai Mahakam. Satu petak tanah yang ada di sana dijadikannya sebagai taman untuk belajar.

Selain kegiatan belajar-mengajar dari berbagai tingkatan sekolah, di sekolah ini juga mengadakan pelatihan kepada anak-anak jalanan. Bukan hanya untuk anak jalanan, pendidikan dan pelatihan di sekolah ini juga diberikan pada anak-anak tidak mampu dan anak-anak eks narapidana.

“Tahun 2010 mulai angkatan pertama. Saya yang punya inisiatif, yang mendirikan, membiayai, mengelola, hingga yang mengajar juga saya sendiri. Hingga akhirnya banyak bermunculan relawan-relawan yang membantu saya,” jelas Adji.

Sekolah yang dirintisnya tersebut lantas semakin berkembang dari waktu ke waktu. Serta mulai mendapat respon positif dari beberapa instansi di Samarinda. Di antaranya Dinas pendidikan, Dinas Sosial, juga Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Hingga kemudian dia  memiliki tempat yang dijadikan Rumah Singgah bagi anak-anak jalanan di daerah Karangasam Ilir.

“Di Rumah Singgah yang mulai beroperasi 2014 ini, saya memberikan bantuan pelatihan dan usaha, salah satunya pada para mantan narapidana yang ingin kembali ke jalan yang benar,” ungkapnya.

Kiprahnya inilah yang lantas membuat Adji ditarik bergabung dengan Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak Dinas Sosial Provinsi Kaltim. Dalam perjalanannya, Adji bisa membuktikan bahwa dia memang memiliki kepedulian tinggi terkait permasalahan anak-anak. Dari situlah dia ditunjuk menjadi ketua harian KPAID Samarinda periode 2015-2018.

“Waktu itu saya ditunjuk secara langsung, dirapatkan, semua sepakat. Untuk tahap awal dibolehkan seperti itu. Untuk berikutnya melalui seleksi DPRD dan sebagainya,” kata pria yang juga menjabat sekretaris Forum Anak Berkebutuhan Khusus Provinsi Kaltim ini.

Adji menjelaskan, fungsi utama KPAID sebenarnya adalah pengawasan dan perlindungan terhadap anak. KPAID melakukan pengawasan terhadap semua jenis kegiatan yang melibatkan anak-anak. Dalam hal ini, KPAID wajib menanyakan dan mengawasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut, siapapun dan instansi apapun yang terlibat.

“Siapapun yang menangani kasus-kasus anak, apakah itu P2TP2A atau pemerhati anak lainnya, kami harus tahu. Cukup kami tahu bahwa tahapannya sudah benar. Kami tidak terlalu intervensi ke prosesnya, kecuali kalau ada terjadi penyimpangan,” paparnya.

Selama mengawal perlindungan anak di Samarinda ini, menurut Adji, banyak suka dan duka yang dialaminya. Sukanya bila dia bisa membantu banyak orang dan bisa menyelesaikan masalah anak yang didampinginya. Sementara dukanya, ternyata masih ada masyarakat yang belum bisa menerima niat baiknya tersebut.

Rupa-rupanya kejujuran Adji dalam mengungkapkan kebenaran membuat beberapa pihak tidak menyukainya. Alhasil, berbagai bentuk bully dan ancaman pun diterimanya. Yang membuatnya merasa tidak nyaman ketika ada sesama pemerhati dan lembaga perlindungan anak yang saling menjelekkan. Namun begitu Adji tetap semangat menjalankan kiprahnya dalam hal perlindungan anak.

“Misalnya bila peran pemerintah belum maksimal, ya saya beritakan belum maksimal. Kalau sudah maksimal ya saya beritakan maksimal.  Itu yang membuat orang lain kadang tidak suka. Saya ambil positifnya saja, saya buktikan dengan kegiatan positif. Saya tunjukkan ini lho yang harus dilakukan,” beber Adji.

Bagi ayah tiga anak ini, pengalaman paling berkesan selama menjabat Ketua Harian KPAID adalah ketika sukses menangani kasus perlindungan anak. Apalagi keluarga anak tersebut bisa keluar dari lingkungan yang tidak benar. Menurutnya bisa membuat orang tersenyum merupakan sebuah kebahagiaan yang tiada tara.

“Salah satu kasus yang berkesan yaitu kasus pemerkosaan yang dilakukan ayah kandung. Kasus ini sempat ramai di media, bahkan sempat menjadi isu nasional. Dari kasus itu saya ingin mengedukasi masyarakat agar lebih berhati-hati,” ungkapnya.

Menurut Adji, KPAID memiliki tanggung jawab besar dan beban moral pada masyarakat serta dinas terkait. Dia menyebut meski bersifat independen, keberadaan KPAID di suatu daerah praktis berhubungan dengan pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait. Khususnya yang berkaitan dengan permasalahan anak seperti lembaga pemerhati anak, Badan Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Dinas kesehatan.

“Kadang saat saya menyampaikan di media, saya lupa menyebutkan nama-nama mereka. Itu yang kadang membuat mereka menganggap seolah-olah hanya KPAI yang bekerja. Padahal niat saya tidak seperti itu,” sebut Adji.

Menurutnya, kondisi perlindungan anak di Samarinda saat ini sudah bagus. Responnya pun tergolong bagus. Hanya saja, koordinasi antarlembaga dan antarinstansi dianggapnya masih belum klop. Adji merasa belum ada perintah langsung dari pimpinan daerah yang seharusnya menjadi koordinator dari lembaga dan instansi ini.

“Misalnya kalau ada satu perkara anak, harusnya semua instansi turun. Karena satu perkara anak pasti meliputi masalah sosial, pendidikan, dan kesehatan. Untuk masalah sosialnya menjadi bagian Dinas Sosial, untuk pendidikan menjadi porsi Dinas Pendidikan, sementara masalah kesehatan menjadi domain Dinas Kesehatan yang berkompeten,” urainya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini pun berharap instansi terkait bisa membantu dalam rangkaian proses perlindungan anak yang tengah dilakukan. Misalnya dalam hal visum, masih ada relawan yang mengeluarkan dana pribadi untuk membayar biaya visum di rumah sakit. “Ini juga masih jadi kendala. Tapi teman-teman relawan kami tidak peduli itu. Selagi kami masih mampu, kami akan lakukan,” tambah Adji.

Sebagai Ketua Harian KPAID Samarinda, diakui Adji hari-harinya dipenuhi kesibukan. Waktunya bersama keluarga pun menjadi begitu terbatas. Tak ayal anak-anak dan istrinya terkadang mengajukan komplain. Makanya Adji pun menyiasatinya dengan menjadwalkan hari Sabtu dan Ahad sebagai waktu khusus bersama keluarga.

“Kecuali kalau kejadian yang luar biasa, misalnya perkosaan atau pembunuhan berkaitan dengan anak, saya mesti siap. Tapi kalau tidak ada kegiatan pendampingan yang sifatnya urgen, tetap saya utamakan keluarga,” tandas pria kelahiran Blitar, 43 tahun lalu ini. (***)

 

Tentang Adji

Nama: Adji Suwignyo

TTL: Blitar, 6 Maret 1974

Istri: Sri Helyani Yanti

Anak:

  1. Geovani
  2. Aqsa
  3. Raisya

Pendidikan:

  • SD Pulerejo 3 Blitar
  • SMPN Bakung Blitar
  • SMU Dr Ismail Blitar
  • Coaching Internasional Jakarta

Alamat: Jalan MT Haryono Nomor 22 O

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor