Mahal dan langkanya daging ayam di sejumlah pasar tradisional di Kota Tepian membuat para pelaku usaha kuliner menjerit. Tidak hanya mahal, stok daging ayam pun susah didapat hingga menambah rentetan pelaku usaha yang terpaksa menutup warungnya.
——————
Atas dasar tersebut, Himpunan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kuliner Samarinda berencana melayangkan nota keberatan ke DPRD Samarinda. Hal ini disampaikan Koordinator Himpunan UMKM Kuliner Samarinda, Eka Bayu.
Dikatakannya, kenaikan harga ayam ini sangat berdampak pada keuntungan maupun penghasilan yang didapat pelaku UMKM sehari-hari. Pasalnya selain mahal, daging ayam pun sudah mulai susah didapat. Sehingga, para pelaku usaha harus berebutan untuk mendapatkan daging ayam.
“Dengan langka dan mahalnya harga daging ayam tentu membuat kami sangat kesulitan. Bahkan banyak teman-teman yang mulai menutup usahanya untuk sementara,” ungkap Bayu kepada awak media di salah satu cabang outlet usaha ayam di Jalan Suryanata, Rabu (25/7) kemarin.
Ia menuturkan, harga daging ayam di pedagang sudah mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu per kg nya. Nyatanya jika dihitung per ekor, harga daging ayam mencapai sekira Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu per ekornya.
Eka Bayu menganggap kenaikan harga ayam ini sudah melewati batas kewajaran. Sedangkan untuk di Kaltim sendiri, kata dia, tidak ada isu flu burung atau ayam mati. Namun, tiba -tiba ayam langka dan mahal. Hal ini pun sangat mengganggu perekonomian masyarakat khususnya pelaku UMKM di Samarinda.
Untuk itu, pihaknya berencana melaporkan hal ini kepada DPRD Samarinda dan bertemu dengan instansi terkait lainnya. Untuk mencari solusi mengenai kenaikan dan langkanya daging ayam ini.
“Kami sedang menghimpun beberapa pelaku UMKM kuliner di Samarinda. Target kami seratus tanda tangan pelaku UMKM dan seribu tanda tangan masyarakat. Untuk mengajukan nota keberatan ke pemkot,” kata dia.
Untuk itu, Eka bersama pelaku UMKM Samarinda lainnya meminta agar Pemkot Samarinda lebih perhatian terhadap kenaikan dan langkanya daging ayam ini. “Yang kami inginkan agar pemerintah dapat menjaga stabilitas harga ayam. Kami akan berterima kasih sekali jika pemerintah dapat merespon hal ini dengan baik,” tandasnya.
Terpisah, Asisten II Sekretariat Kota (Setkot) Samarinda, Endang Liansyah mengatakan, kelangkaan daging ayam ini berskala nasional dan terjadi karena industri peternakan ayam di tingkat kabupaten/kota masih mendapat dukungan pakan dan vitamin dari pusat. Sehingga, jika ada masalah terhadap produksi pakan di pusat, maka akan berdampak langsung bagi peternak ayam di kabupaten/kota.
“Untuk saat ini, kami sedang berupaya melalui PDPAU (Perusahaan daerah pergudangan dan aneka usaha, Red.) agar dapat memotong rantai tersebut dengan memproduksi dan menternakkan ayam sendiri,” kata dia. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post