Lima Legenda Nakhodai Arema, Manajemen Ingin Kembalikan Karakter Malangan di Era Galatama
MALANG KOTA- Teka-teki siapa yang bakal menggantikan posisi Milomir Seslija sebagai pelatih Arema pada musim kompetisi 2017 terjawab sudah. Kemarin (24/12) secara resmi manajemen Arema memastikan jika Aji Santoso sebagai pelatih kepala. Dia dikontrak dengan durasi satu musim kompetisi. Yang menarik, ada empat mantan pemain Arema di era Galatama yang juga mendampingi Aji Santoso. Mereka adalah Joko ‘Gethuk’ Susilo, Kuncoro, Singgih Pitono, dan pelatih kiper Yanuar ‘Begal’Hermansyah.
So, tim pelatih Arema musim 2017 layak disebut lima legenda. Karena merekalah yang ikut mengantarkan Arema pada masa kejayaan di era galatama maupun di awal-awal Liga Indonesia dulu. Aji Santoso misalnya, pernah membawa juara Arema di era galatama tahun 1992/1993. Begitu pula dengan Singgih Pitono. Bahkan saat itu, Si Tendangan Geledek, julukan Singgih Pitono, merupakan top scorer Galatama dua musim berturut-turut bersama Arema tahun 1991/1992 dan 1992/1993. Nama Yanuar Hermansyah tak bisa lepas dari Arema karena pada Liga Indonesia III, dia kiper andalan di tahun 1996/1997. Sedang Kuncoro bisa disebut sebagai ikon Arema. Karena ketika menjadi pemain sejak galatama, dia berhasil menunjukkan karakter malangan yang keras sehingga lawan Arema ciut nyali. Satu legenda lain yakni Joko ’Gethuk’ Susilo. Sejak era galatama bersama Arema tahun 1992, kualitas Joko Susilo moncer. Naluri golnya tinggi. Sehingga setelah dari Arema, dia jadi rebutan Persija dan PSM Makassar sebelum kembali ke Arema di tahun 1998-2003.
Lantas apa yang mendasari manajemen memilih lima legenda Arema ini? General Manager Arema Ruddy Widodo menjelaskan, selama beberapa tahun terakhir, permainan Arema seperti kehilangan karakternya. Para pemain Arema tak punya nyali, terutama ketika tampil di kandang lawan. Sehingga setiap kali laga di luar kandang, Arema seperti diremehkan lawan. Kondisi ini jauh berbeda dengan ketika permainan Arema sekitar belasan tahun yang lalu. Karena itu, manajemen menunjuk Aji Santoso dan kawan-kawan sebagai pelatih itu untuk mengembalikan karakter malangan itu. Jadi penunjukan Aji Santoso ini bukan tiba-tiba. Bahkan usai Kongres Luar Biasa PSSI pada 10 November lalu, manajemen sudah mengontak Aji Santoso untuk bergabung dengan Arema. ”Intinya, kalau kami melihat Arema saat ini, seperti nyawanya hilang atau kalah sebelum bertanding,” ungkap Rudy.
Momentum kompetisi 2017, dengan ditunjuknya tim pelatih yang paham dengan karakter Arema, diyakini bisa mengembalikan masa kejayaan dulu. Karakter permainan Arema yang keras dan bernyali di tengah lapangan akan ditnujukkan lagi. Siapa pun pemainnya yang akan direkrut nanti. ”Ini mungkin yang pertama kali terjadi di Indonesia (tim pelatih semua mantan pemain klub). Jadi di sini bukan sekadar reuni, tapi ada tanggung jawab prestasi,” jelas pria berusia 45 tahun ini.
Aji Santoso menyatakan sudah mantap mengabdikan diri di tim yang pernah membesarkan namanya tersebut. Bagi dia, inilah momentum untuk membuktikan jika dirinya harus bisa mengembalikan kejayaan Arema seperti ketika dirinya masih menjadi pemain. ”Saya asli Malang, saya ikut membesarkan dan besar di klub ini (Arema), ini sudah menjadi panggilan jiwa bagi saya.,” ungkap pelatih asal Kepanjen ini.
Bagi pelatih yang sudah malang melintang di sejumlah klub, baik sebagai pemain dan pelatih, menangani Arema merupakan tantang terbesar. Karena dia paham betapa besar tuntutan suporter terhadap tim kesayangannya. ”Kebetulan sejak dulu saya senang dengan tantangan, jadi kami di sini akan bekerja seluruh jiwa dan raga kami untuk Arema. Kami akan mewujudkan ekspektasi masyarakat Malang,” ungkap mantan pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 ini.
Mantan kapten Timnas Indonesia sejak 1990-1999 ini menyatakan, untuk mewujudkan impian Arema menjadi juara, dia pun sudah mulai menyusun kerangka tim. ”Sudah ada (keranga tim baru) tapi kami harus menyamakan misi dahulu, karena semua harus didiskusikan, meski saya nanti yang memutuskan,” ungkap dia. Yang pasti, Arema pada eranya dulu akan kembali lagi di kompetisi tahun depan.
Di sisi lain, memang sempat ada suara minor terkait dipilihnya pelatih lokal itu, yakni manajemen ingin pelatih dengan banderol murah. Namun suara minor itu langsung dibantah asisten pelatih Joko ‘Gethuk’Susilo. Menurut Gethuk, siapapun saat ini boleh meremehkan kemampuan lima legenda ini menukangi Singo Edan. Namun, dia menegaskan, loyalitas tim pelatih terhadap Arema diyakininya tidak bisa dinilai dengan uang. ”Kalau saya sendiri menilai mahal. Karena kontrak kami tidak hanya dengan kemampuan kami, tapi dengan jiwa kami, dengan segenap pikiran kami, dan seluruh total yang kami miliki,” tegas asisten pelatih dengan lisensi B AFC ini. Menurut dia, tidak semua pelatih memiliki loyalitas itu. Yang banyak hanya profesionalitas saja. Namun, imbuh Joko, tim pelatih yang dikendalikan Aji Santoso ini, selain memberikan profesionalitas juga loyalitas. ”Kalau selama ini hanya kontrak (pelatih) dari sisi profesional, saat ini lebih dari itu,” ungkap pria asal Cepu tersebut.
Jelasnya lebih lanjut, mungkin ada banyak yang khawatir, Arema tidak menggunakan pelatih asing. Namun justru mengumpulkan mantan pemain, dan seolah reuni untuk menakhodai Arema FC. ”Dulu saat kami menjadi pemain, banyak yang khawatir dan meremehkan. Lantas siapa yang mengira kami malah mempersembahkan juara,” lanjut Gethuk. (adk/abm)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post