Oleh: Muh Zikrillahil Azhim (Putra Sangkulirang, Kutim)
Berbicara tentang pemuda berarti berbicara tentang semangat. Berbicara tentang pemuda berarti berbicara tentang sebuah harapan baru yang lebih baik. Berbicara tentang pemuda berarti juga berbicara mengenai masa depan sebuah bangsa.
86 tahun silam, sebuah peristiwa besar terjadi di bangsa ini. Pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta dilaksanakan Kongres Pemuda II, sebuah ikrar suci dengan gagahnya diucapkan para perwakilan pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia yang menjadi salah satu tonggak perjuangan yang amat penting yakni membentuk bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Kini hari itu dikenang dengan hari sumpah pemuda. Sebuah ikrar yang memberikan sebuah harapan baru di tengah penjajahan kolonial Belanda saat itu yang begitu keji menjajah tanah air ini.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu mempunyai peran yang sangat strategis di setiap peristiwa penting yang terjadi. Ketika memperebutkan kemerdekaan dari penjajah Belanda dan Jepang kala itu, ketika menjatuhkan rezim Soekarno (orde lama), hingga kembali menjatuhkan rezim Soeharto (orde baru), pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat. Pemuda akan selalu menjadi people make history (orang yang membuat sejarah) di setiap waktunya.
Pemuda memang mempunyai posisi strategis dan istimewa. Secara kualitatif, pemuda lebih kreatif, inovatif, memiliki idealisme yang murni dan energi besar dalam perubahan sosial. Secara kuantitatif, sekitar 30-40 persen pemuda dari total jumlah penduduk Indonesia dalam kisaran umur 15-35 tahun dan akan lebih besar lagi jika kisaran menjadi 15-45 tahun.
Saya melihat bahwa pemuda akan lebih bersifat kreatif untuk melakukan pergerakan ketika kondisi atau suasana di sekitarnya mengalami kerumitan, terdapat banyak masalah yang dihadapi yang tidak kunjung terselesaikan.
Di satu sisi, ketika suasana di sekitarnya terlihat aman dan tentram tidak ada masalah serius yang dihadapi, pemuda akan cenderung diam atau pasif, tidak banyak berbuat, lebih apatis dan mempertahankan kenyamanan yang dirasakan. Padahal baik dalam kondisi banyak permasalahan ataupun kondisi tanpa masalah serius, pemuda dituntut lebih banyak bergerak dalam membuat perubahan yang lebih baik, lebih produktif dan lebih kreatif dalam memikirkan ide-ide perubahan untuk bangsa yang lebih baik.
Namun sangat disayangkan, perilaku pemuda masa kini tampaknya tidak banyak yang mencerminkan arti dan semangat sumpah pemuda. Para pemuda kini banyak yang terlena oleh kemerdekaan dan kemajuan teknologi. Akibatnya, para pemuda lebih banyak terlena oleh perilaku hedonisme, acuh terhadap bangsa, bahkan cenderung tak lagi menghargai Indonesia sebagai bangsanya dengan secara tidak sadar lebih mencintai budaya negara lain dan berprilaku dan berbudaya asing seperti K-Pop, Cosplay dan kebarat-baratan.
Tidak hanya itu, pemuda sekarang juga banyak yang mulai melupakan sejarah bangsa. Contohnya saja peristiwa sumpah pemuda. Meskipun setiap tahun diadakan upacara peringatan sumpah pemuda, tampaknya pemuda sekarang tak banyak yang memahami makna dan roh sumpah pemuda tersebut. Peringatan sumpah pemuda pun tak lebih dari sekedar seremoni belaka. Makanya, tidak mengherankan jika pada akhirnya banyak pemuda yang tak lagi mengingat apa isi sumpah pemuda.
Pertanyaanya adalah, jika nilai sejarah sudah tak lagi terjaga, bagaimana bisa membangun Indonesia di tengah kerasnya persaingan global? Adat dan budaya asli Indonesia pun akhirnya mulai ditinggalkan, bergeser ke adat Barat yang cenderung liberal tanpa etika. Pun begitu dengan bahasa.
Tidak banyak lagi orang yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari. Kalaupun ada, orang tersebut mungkin malah dianggap aneh dan dikucilkan dari lingkar pergaulannya. Pemuda sekarang lebih menyukai menggunakan bahasa gaul yang sarat akan campuran dengan bahasa Inggris atau asing lainnya.
Kehidupan yang mengutamakan dunia, bermewah-mewahan dan bebas telah menyeret para pemuda masuk ke dalam lubang yang rendah tanpa identitas, hilangnya kerangka berfikir serta dangkalnya pemikiran yang akan menyebabkan seorang pemuda langsung menerima informasi yang disampaikan tanpa ada pemilihan dan penilaian terlebih dahulu terhadap apa yang disampaikan.
Kontribusi anak muda dalam pembangunan nasional memang tidak harus tampak dari segi fisik, tetapi bisa dari segala hal. Mulai dari prestasi akademik hingga yang bersifat olahraga. Pemuda harus memberikan usaha terbaiknya sebagai bentuk bakti pada bangsa.
Selain itu, pemuda harus mampu menciptakan pengaruh yang besar dalam pembaharuan dan kemajuan ekonomi. Hal ini tentunya harus didukung oleh peran aktif serta keterbukaan dari pemerintah, jika memahami betapa besarnya peran pemuda tersebut sudah selayaknya pengembangan dan pemberdayaan kaum muda harus terus dilakukan. Terutama melalui program-program yang tepat dan terarah, sehingga diharapkan dapat menghasilkan bibit yang unggul, guna kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Sehingga peran pemuda yang dirasa penting tersebut juga perlu mendapat apresiasi lebih dari pemerintah.
Sudah waktunya pemerintah mulai memberikan perhatian khusus bagi tulang punggung bangsa di masa mendatang dengan memberikan beasiswa, pelatihan, penghargaan, dan hal lain yang mampu memotivasi perkembangan pemuda Indonesia. Itu semua akan berdampak positif bagi kemajuan bangsa. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: