BONTANG – Tertangkapnya kurir narkoba di salah satu hotel pada Jumat (5/1) lalu membuat ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bontang, Rustam HS angkat suara. Ia mengimbau kepada pengelola usaha perhotelan tidak hanya mengejar target hunian, namun lebih menyeleksi tamu yang hendak bermalam.
Menurutnya, seharusnya petugas sudah ‘mencium’ gelagat tidak baik dari tamu ketika mereka melakukan reservasi dini hari. Terlebih, orang yang akan menginap itu berdomisili di Bontang maupun dari tetangga kota dengan menggunakan sarana transportasi yang ada.
“Itu jadi tanda tanya kalo check-in dini hari. Kalau ia berasal dari luar pulau dan menunggu penerbangan itu masih bisa ditolerir,” kata Rustam HS.
Ia juga mengharapkan kepada pengelola hotel agar bekerja sama dengan aparat kepolisian guna memberantas peredaran narkoba. Caranya, dengan menghubungi petugas jikalau ada tamu yang mencurigakan.
Selain itu, perlunya pemasangan CCTV di setiap sudut hotel guna membantu melakukan pemantauan. Diakui pemilik hotel Raodah ini, sistem keamanan beberapa hotel di Bontang belum memiliki alat pendeteksi narkoba. Pasalnya, harga dari alat ini sangatlah mahal. Alat semacam ini hanya terdapat pada beberapa hotel bintang lima di kota besar.
Pria yang merupakan Ketua Komisi III DPRD ini juga berpesan kepada Pemkot Bontang agar mengkampanyekan gerakan anti narkoba. Salah satu wujudnya dengan melakukan tes urine bagi pegawai aparatur sipil negara (ASN) maupun tenaga honorer di jajaran pemerintahan. Karena tidak menutup kemungkinan penggunaan narkoba telah masuk di ruang lingkup tersebut.
“Spontanitas tes urine di setiap OPD dengan menggandeng kepolisisan,” paparnya.
Hal ini dilakukan mengingat pemakai barang haram di Bontang ini sangat tinggi. Oleh sebab itu, perlunya pemberantasan perkembangan peredaran narkoba. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: