BONTANG – Peresmian rusunawa di Kelurahan Guntung dan Loktuan meleset dari prediksi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (DPKPP). Semula, diperkirakan bangunan itu bisa ditempati pada Juli lalu. Namun hingga sekarang tersebut urung dilakukan.
Sekretaris DPKPP Maksi Dwiyanto mengatakan, keterlambatan akibat belum ada serah terima. Dari PT Nindya Karya selaku kontraktor kepada satuan kerja (satker). Nantinya, satker akan melakukan pemantauan terhadap kondisi bangunan di lapangan.
“Biasanya bisa berupa catatan perbaikan karena itu masuk masa pemeliharaan,” kata Maksi saat ditemui Bontang Post di ruang kerjanya, Senin (12/11).
Dari satker akan melaporkan kepada Dirjen Penyediaan Perumahan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selanjutnya baru Kementerian menyerahkan kepada Pemkot Bontang. Nantinya, kedua bangunan akan diresmikan secara bersama.
“Ternyata proses mereka harus tuntas . Diprediksi baru diresmikan April nanti. Sebagai calon pemakai harus mengikuti ketentuan mereka,” tuturnya.
Saat ini pembangunan sarana penunjang pun masih dilakukan. Rusunawa Loktuan misalnya, terjadi pengerjaan pembuatan turap di bagian belakang bangunan. Tujuannya untuk mengantisipasi ancaman longsor.
Selain itu, akses masuk rusunawa juga sedang dalam tahap pengerjaan. Keduanya dikerjakan oleh CV Palokko Kaluppini Jaya. “Itu memakai APBD dengan total Rp 1,2 miliar,” ujar Maksi.
Sementara, untuk rusunawa Guntung, pengerjaan tambahan berupa pemasangan pagar dan pembangunan halaman rusunawa. Nominal dari proyek tersebut ialah Rp 700 juta. Kontraktor pemenang ialah CV Bahtera Kaltim Sejahtera.
“Tetapi seluruh pengerjaan itu tidak menghambat proses penghunian. Jika kami sudah mendapat instruksi dari menteri maka wajib untuk melakukan penghunian,” ungkapnya.
Mengingat kedua rusunawa ini dilengkapi dengan mebel. Maka peruntukkannya pun berbeda dengan rusunawa Api-Api. Sebab, biaya sewa kedua bangunan ini terbilang tinggi.
“Kalau rusunawa Guntung dan Loktuan ini untuk para pekerja. Kalau rusunawa Api-Api kan kebanyakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” terangnya.
Seperti diketahui, Rusunawa Loktuan dibangun lima lantai dengan tipe kamar 36 berjumlah 70 kamar. Setiap kamarnya dilengkapi furnitur mulai kasur, meja, kursi, serta lemari pakaian. Ditaksir, tarif per kamarnya dimulai Rp 600 ribu per bulan, untuk lantai paling dasar.
Berbeda dengan Loktuan, Rusunawa Guntung bertipe 24 dan hanya empat lantai dengan jumlah 90 kamar. Usulan dari DPKPP untuk lantai dasar dipasang tarif sekitar Rp 550 ribu. Adanya selisih dikarenakan dapur di Rusunawa Guntung bersifat komunal. Terletak di sudut bangunan dan digunakan secara bersama-sama.
“Proses pendataan calon penghuni belum dilakukan. Tetapi kami sudah memberitahukan kepada pihak kelurahan. Mereka punya datanya,” pungkanya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post