Oleh: M Saipul
TERNYATA urusan menemukan positioning bukan hanya menjadi monopoli sebuah perusahaan atau sebuah produk. Diri kita sendiri wajib di-positioning-kan untuk membentuk personel branding yang positif. Jika kita menelusuri kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW, tahulah kita bahwa beliau sudah memposisikan dirinya sebagai figure yang layak dipercaya. Jadi, tidak heran jika kemudian personel branding yang terbentuk pada diri Rasulullah SAW adalah al-amin yang bermakna dapat sangat dipercaya. Positioning ini dibuktikan pada saat tetua Quraisy saling bersitegang tentang siapa yang paling layak mengangkat Hajar Aswad. Rasulullah SAW, lah yang kemudian dimintai saran sebagai orang yang jernih pemikirannya, adil dan tidak memihak, serta paling dipercaya.
Hermawan Kartajaya dalam bukunya Marketing Your Self: Kiat sukses meniti karier dan bisnis, jelas-jelas mengatakan bahwa kita ini (maksudnya diri sendiri) sama saja dengan perusahaan. Kita punya resources atau sumber daya yang dapat diolah. Sayangnya, kita sendiri sering tidak berpikir secara marketing. Kita tidak pernah berpikir tentang “target pasar” dari kemampuan yang kita miliki. Kita tidak pernah berpikir bagaimana memposisikan diri di benak stakeholders. Kita juga tidak menyikapi nama kita sebagai sebuah “merek”.
Dari hal ini, ada tiga critical point bagi diri untuk membangun positoning positif yang kelak bisa melahirkan pencitraan diri kita, yaitu AKHLAK, ILMU, dan KREASI-INOVASI. Akhlak berhubungan dengan perilaku kita yang membuat orang lain merasa aman, senang, dan memperoleh manfaat dari diri kita. Ilmu berhubungan dengan pengetahuan dan kapabilitas kita untuk memikul tanggung jawab. Lalu, yang terakhir Kreasi-Inovasi menjadi cirri pembeda (differentiation) antara kita dengan orang lain meskipun pekerjaan dan kedudukannya sama.
Perlu diingat bahwa membangun positioning dan personel branding yang positif ini paling berpotensi dilakukan sejak remaja karena akan menjadi trade mark diri kita. Jika seseorang yang sejak remaja dikenal cerdas sekaligus pemalas, citra itulah yang akan terus dibawanya hingga dewasa. Sebaliknya, jika seseorang sejak remaja dikenal cerdas sekaligus gigih dan ulet, citra ini pula yang akan dibawa ketika dewasa. Citra juga bisa terungkap dari perilaku, aksi, dan prestasi yang dilakukan seseorang ketika ia muncul ke publik.
Sahabat sekalian, sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk membangun positioning diri yang positif serta mampu bersaing dengan keunikan yang kita miliki, walaupun yang paling baik dimulai sejak remaja. Salah satu kuncinya adalah istiqamah. Istiqamah bukan berarti kita tetap konsisten pada keadaan kini meskipun keadaan itu sudah baik. Istiqamah yang paling baik adalah jika kita tetap dalam keadaan terus-menerus memperbaiki diri, termasuk memperbaiki positioning kita untuk memunculkan citra positif kita. Wallahu’alam.
Catatan Redaksi: Tulisan ini tidak mengambarkan pandangan redaksi. Segala isinya merupakan tanggung jawab penulis
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post