Umat Hindu di Kutim menggelar prosesi upacara Melasti, Minggu (25/3) kemarin. Prosesi pembersihan diri sebelum masuk pada perayaan Nyepi itu berlangsung di Pantai Teluk Lombok, Sangatta, Kutim.
I Gusti Bagus Oka, Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia Kutim menerangkan, upacara melasti digelar dari Pura Dharma Prima Jagatnatha Sangatta. Di rumah ibadah itu, semua pusaka dibersihkan. Kemudian, prosesi dilanjutkan di Pantai Teluk Lombok dengan proses mengambil air suci dari tengah laut.
“Melasti ini adalah untuk menyucikan diri untuk Hari Raya Nyepi,” kata Bagus.
Masih dalam rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Kutim akan menggelar pawai Ogoh-ogoh. Pawai akan digelar Pukul 14.00 Wita, Senin (27/3) hari ini. Rencananya, kegiatan tersebut akan dibuka Bupati Kutim Ismunandar.
“Acara dibuka mulai Pukul 14.00. Parade dan konvoi ogoh-ogoh sekira Pukul 15.00,” kata Bagus, kemarin.
Kegiatan tersebut juga akan diisi dengan menampilkan kearifan lokal. Salah satunya dengan menampilkan pakaian adat Jawa, Bali, hingga Kutai.
“Parade dimulai dari Pura Dharma Prima Jagatnatha Sangatta, kemudian ke jalan protokol Town Hall hingga menyusuri Jalan Yos Sudarso sampai ke Pantung Singa,” ungkapnya.
Parade Ogoh-ogoh itu nantinya juga akan diiringi gemalan khas musik bali. Terakhir, juga akan dilakukan pembakaran ogoh-ogoh yang diarak. Pembakaran ogoh-ogoh sendiri merupakan kegiatan simbolis untuk memusnahkan sifat-sifat negatif di dunia. Ogoh-ogoh sendiri biasanya patung yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu , Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta dan waktu. Biasanya ogoh-ogoh berwujud raksasa dengan wajah dan tubuh menyeramkan dan memiliki sikap negatif.
“Makanya ada prosesi pemusnahan Ogoh-ogoh, ini dimaksudkan untuk menghilangkan sifat-sifat buruk. Butha kala juga diartikan waktu yang berputar, makanya selama waktu itu kita harus selalu instropeksi diri dan membuang hal-hal yang negatif,” terangnya.
Dipuncah perayaan Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). (hd)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post