SANGATTA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sangkulirang dikabarkan krisis persedian obat-obatan. Bahkan sejak April kemarin, obat-obatan yang dibeli belum datang sepenuhnya hingga saat ini.
Akibatnya, pasien yang berobat, terpaksa menebus obat di luar dari RSUD Sangkulirang. RSUD Sangkulirang tak mampu memenuhi obat-obatan tersebut. Jika tak segera ditindaklanjuti, maka akan berakibat fatal. Tidak hanya berimbas pada pasien umum, akan tetapi menjalar hingga peserta BPJS.
“Memang kondisi sekarang begitu. Untuk RSUD Sangkulirang, yang kurang memang obat non BPJS. Belanja obat yang dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien BPJS dulu. Jadi diusahakan pasien BPJS tidak sampai ada yang nebus obat keluar,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim, Bahrani Hasanal.
Sementara pemenuhan obat-obatan non BPJS, pihaknya mengambilkan anggaran dari dana Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Itu pun, dilakukan secara bertahap. Tak lain, hal ini dilakukan lantaran pihaknya keterbatasan anggaran.
“Nah dana BLUD ini sesuai arahan BPK belum bisa digunakan sebelumnya. Tetapi mulai Bulan April baru bisa digunakan setelah mendapat persetujuan Bupati. Jadi belanja obat baru dimulai Bulan April. Hanya saja, sampai sekarang obat yang datang belum lengkap,” jelasnya.
Dia memaparkan, sekarang RSUD Sangkulirang mengalami pemangkasan anggaran yang relatif signifikan. Awalnya, anggaran 2017 mendapatkan 5,5 Miliar, namun kini tinggal 3,5 Miliar.
Anggaran 3,5 miliar tahun ini, hanya cukup dipergunakan untuk Operasional saja. Sedangkan untuk belanja obat-obatan di bebankan pada BLUD senilai 800 juta. Padahal idealnya, kebutuhan normal belanja obat-obatan seharusnya mencapai 1-1,5 Miliar.
“Sangat mempengaruhi stok ketersediaan obat kami. Jangankan di RSUD Sangkulirang, semua puskesmas di setiap kecamatan stok obat kami hanya mampu bertahan satu sampai dua bulan saja. Lewat dari itu, yah nanti dilihat seperti apa kondisinya,” katanya.
Kabar ini mencuat dipermukaan setelah adanya keluhan dari masyarakat di media sosial. Mereka mengeluhkan lantaran harus menerus obat di luar.
“Mungkin karena ini ada beberapa pasien non BPJS menebus obat keluar. Sehingga jadi ramai di media sosial,” katanya. (dy).
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post