bontangpost.id – Rute alternatif “Tol Akasia” kini menjadi pilihan favorit bagi warga yang melakukan perjalanan dari Kutai Barat ke Samarinda atau sebaliknya.
Jarak tempuh kini jauh lebih singkat, hanya 260 km. Dibandingkan rute yang selama ini dilewati mencapai 315 km. Melintasi rute jalan nasional butuh waktu yang lebih panjang, mencapai 11 jam atau lebih karena kondisi jalan yang buruk.
Lalu berapa biaya BBM yang dihabiskan untuk perjalanan rute alternatif tersebut. Mengutip dari situs autofun.co.id konsumsi BBM Innova Reborn membutuhkan kurang lebih 9,7 km/liter.
Menggunakan pertamax, kalau dirupiahkan Innova Reborn akan menghabiskan Rp 361,8 ribu. Jika menggunakan rute jalan nasional, Innova Reborn akan menghabiskan Rp 438,4 ribu, dengan harga BBM Pertamax Rp 13.500 per liter.
Bagaimana kalau Anda menggunakan mobil Avanza/Xenia 1.5?
Mengutip dari situs gridoto.com, konsumsi BBM Avanza spesifikasi tersebut mencapai 11,5 liter per 1 km. Artinya untuk 260 Km diperlukan Rp 226 ribu untuk rute pergi atau pulang.
Sedangkan konsumsi BBM untuk rute jalan nasional, Toyota Avanza memerlukan Rp 315 ribu. Perhitungan angka tersebut menggunakan pertalite per liter Rp 10 ribu.
Kalau ternyata di jalan BBM pertalite sulit didapatkan karena antrian panjang atau sedang kosong, terpaksa harus menggunakan pertamax.
Dengan jarak yang lebih pendek dan kondisi jalan yang lebih baik, rute alternatif Kutai Barat-Samarinda, memang menawarkan solusi praktis dan hemat bagi para pengendara.
Melalui jalan alternatif “Tol Akasia” perjalanan yang biasanya memakan waktu belasan jam melalui jalan nasional Trans Kaltim kini bisa ditempuh dalam waktu 6-7 jam saja. Rute tersebut memiliki jarak sekitar 260 kilometer, jauh lebih singkat dibandingkan jalan nasional yang mencapai 315 kilometer.
Kondisi jalan nasional Trans Kaltim yang sering rusak dan berlubang membuat perjalanan menjadi melelahkan dan berisiko tinggi.
Jalan yang tidak mulus dan berlubang menganga di beberapa bagian menyulitkan pengendara, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan kondisi jalan yang buruk.
Hal ini berdampak negatif pada transportasi masyarakat menuju kabupaten atau kota lain, termasuk Samarinda.
“Tol Akasia” menawarkan alternatif yang lebih baik. Meskipun masih ada beberapa spot yang rusak, seperti jalan tanah dan sempit dari Kampung Muara Jawaq menuju Kampung Abit serta jalan dekat jembatan Kota Bangun, secara keseluruhan rute ini lebih nyaman dan aman.
Selain itu, rute ini juga dapat menghemat bahan bakar kendaraan, menjadikannya pilihan yang lebih ekonomis.
Kaltim Post memulai perjalanan dari penyeberangan feri di Kelurahan Melak Ilir, Kecamatan Melak.
Untuk kendaraan roda empat, biaya menyeberang menggunakan feri adalah Rp 25.000 sekali menyeberang, dan tarif ini naik menjadi Rp 50.000 jika menyeberang pada malam hari.
Dari penyeberangan Melak Ilir, perjalanan dilanjutkan melalui jalan yang sudah dicor semen menuju Kampung Karangan, Kecamatan Mook Manar Bulatn.
Perjalanan kemudian dilanjutkan melalui beberapa kampung, termasuk Kampung Gemuruh, Kampung Saka Tada, Kampung Muara Jawaq, dan Kampung Abit.
Pada setiap persimpangan penting, penulis mencatat jalur yang harus diambil, termasuk mengikuti jalan khusus yang dibuat oleh PT Fajar Sakti Prima dan jalan perusahaan HTI PT Akasia Andalan Utama (AAU).
Selama perjalanan melalui jalan perusahaan, pengendara harus berhati-hati karena banyak truk logging besar yang mengangkut kayu gelondongan.
Jalan perusahaan sebagian besar sudah dikeraskan dengan sirtu, namun ada juga bagian jalan yang sempit sehingga pengendara harus menepi untuk memberikan kesempatan bagi truk yang bermuatan besar.
Setelah melewati jalan hauling perusahaan, penulis tiba di kawasan yang ditanami sawit, kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalan desa hingga tiba di Jembatan Martadipura Kota Bangun, jembatan terpanjang di Indonesia dengan panjang keseluruhan 15,3 kilometer.
Untuk melakukan perjalanan melalui rute ini, persiapan kendaraan sangat penting. Pastikan kendaraan dalam kondisi baik, termasuk tekanan angin ban mobil.
Karena jalur ini melewati kawasan perusahaan HTI yang tidak memiliki bengkel kendaraan, penting untuk memeriksa dan mempersiapkan kendaraan dengan baik sebelum berangkat.
Selain itu, karena saat ini musim kemarau, pengendara harus menjaga kecepatan terutama saat melewati kampung-kampung di Kecamatan Mook Manar Bulatn agar masyarakat tidak terdampak debu jalanan. (Kaltim Post)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post