bontangpost.id – Tim Gugus Tugas menyatakan ada klaster panti yang sekaligus pondok pesantren di Kecamatan Bontang Selatan, Rabu (16/9/2020) lalu. Dengan hasil pemeriksaan hingga Kamis (17/9/2020), tujuh kasus dinyatakan terkonfirmasi positif. Pendiri panti tersebut mengaku tidak mengetahui dari mana anak asuhnya terpapar.
Menurut dia, sejak dua bulan ini santri tidak pernah pulang. Bahkan, kunjungan keluarga yang biasanya memperbolehkan anak untuk dibawa keluar tidak diizinkan. “Dua bulan tidak ada yang pulang maupun pergi dari kompleks pondok,” ucap pendiri tersebut.
Dia menjelaskan terdapat pengasuh yang melakukan perjalanan ke luar daerah. Tepatnya pada 5 Agustus. Tujuannya ialah mengantarkan anaknya untuk menuju pondok pesantren di Rembang, Jawa Tengah. Selama 15 hari berselang, pengasuh yang merupakan pasangan suami-istri itu kembali ke Kota Taman.
Setibanya, langsung melakukan isolasi mandiri. Tidak diperkenankan untuk mengajar dan keluar selama 14 hari. Ruangannya pun terpisah dari bangunan santri tinggal. Meski dalam kompleks sama.
“Tidak ada keluhan. Artinya, kondisinya sehat selama masa isolasi mandiri,” ucapnya. Namun, ketika 27 Agustus terdapat tiga santri yang sakit. Perinciannya, dua terkena penyakit cacar dan satu santri mengalami haid yang tidak kunjung berhenti selama sebulan. Ketiganya langsung dibawa ke salah satu puskesmas di kecamatan tersebut.
“Sebelum diperiksa diminta untuk menjalani rapid. Hasilnya reaktif. Akhirnya disuruh pulang untuk isolasi mandiri,” tutur dia.
Pun demikian ruang isolasi santri setelah berobat berbeda. Meski demikian, santri tersebut mencuri waktu untuk bertemu rekan-rekannya. Akhirnya pihak pengelola meminta untuk diadakan rapid test massal. Total pengelola dan santri berjumlah 25 orang.
Akan tetapi, tenaga kesehatan hanya membawa 12 alat rapid antibodi. Kebijakan diambil hanya santri perempuan dan pengelola. Hasilnya non-reaktif semua. Pihak pengelola sempat marah karena jumlah alat tersebut. Dua hari berselang, kembali memohon untuk diadakan rapid test massal dan disinfeksi kawasan.
Sepekan berlangsung, seluruh santri laki-laki menjalani rapid test. Hasilnya keluar empat yang dinyatakan reaktif. Menindaklanjuti itu, awal September dilakukan pemeriksaan swab test PCR. Namun hanya mengacu hasil rapid test yang reaktif. Artinya, tidak total. “Hasilnya benar ada yang positif,” ujar dia.
Pengelola memutuskan untuk santri yang sehat dikembalikan ke orangtua atau saudaranya. Terhitung pada 16 September. Kebijakan ini dikeluarkan mengingat pengelola merasa tidak ada kepastian kapan dilakukan swab test total. Meski sebelumnya ada wacana untuk upaya itu.
“Tetapi kami tidak diberi kepastian kapan swab dan hasilnya keluar berapa lama. Karena cemas kami mengambil kebijakan itu. Bahkan gerbang telah kami tutup,” keluhnya. Saat disinggung kondisi santri terkini, dia belum bisa memberikan keterangan. Lantaran posisinya berada di luar kompleks pondok. (*/ak/rdh/k8/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post