bontangpost.id – Sejumlah dosen Universitas Trunajaya (Unijaya) Bontang yang bersolidaritas dalam Tim Penyelesaian Hak Dosen (TPHD) angkat bicara terkait kejadian melibatkan mahasiswa dan seorang oknum dosen inisial He pada Selasa (28/9/2021) lalu.
Anggota TPHD Unijaya Bontang Lilik Rukitasari mengatakan, para dosen mesti angkat bicara agar polemik ini tidak semakin liar. Pasalnya, kejadian ini terlanjur menjadi konsumsi publik, lantaran video dugaan pemukulan oleh He tersebut viral di dunia maya.
Secara tegas dia mengatakan, dosen yang tergabung dalam TPHD menentang keras tindakan yang dilakukan He terhadap mahasiswa. Menurutnya itu tak patut dilakukan seorang dosen terhadap mahasiswanya sendiri. Tindakan arogan apapun tak seharusnya terjadi di kampus. Tempat laboratorium ilmu pengetahuan. Tempat para kaum intelektual, terdidik.
“Tindakan arogansi dan kekerasan tidak sepantasnya ada di lingkungan pendidikan Unijaya,” tegas dosen Fakultas Hukum in saat konferensi pers di Pendopo Rujab Wali Kota Bontang, Jumat (1/10/2021) siang.
Akibat kejadian itu, Lilik mengatakan sedikit banyak nama baik kampus hijau itu tercoreng. Sebabnya dosen mengeluarkan petisi agar rektorat dan yayasan memecat dosen He, yang diketahui menjabat dekan Fakultas Ekonomi. Baik dari posisinya sebagai dekan, maupun dosen.
TPHD juga menyayangkan sikap rektor dan yayasan yang berada di lokasi kala mahasiswa menggelar aksi. Karena dinilai melakukan pembiaran terhadap aksi He.
Sementara, Sekretaris Cintya Ayu Rishanty menyebut bahwa, selama terjadi permasalahan internal, proses perkuliahan tetap berjalan. Meski sebagian besar dosen tidak menerima gaji. “Untuk operasional seperti membeli paket data, karena masih pandemi, dari uang pribadi. Tidak ada subsidi,” terangnya.
Diketahui, TPHD mengklaim bahwa terdapat tunggakan gaji dosen sebesar Rp 1,5 miliar. Permasalahan ini bahkan sudah disampaikan ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi XI. “Tunggakan ini karena ada tata kelola keuangan yang tidak baik,” tuturnya.
Sementara itu, rektor Unijaya Bontang Bilher Hutahaen mengaku, pihaknya tak tahu kalau sejumlah dosen menggelar konferensi pers hari ini. Terkait petisi yang meminta dosen He buat turun dari jabatannya, Bilher mengaku belum berani berkomentar. Pasalnya, polemik kampus, baik soal honor gaji pun soal dosen He baru akan dibahas kampus dan yayasan pada Sabtu (2/10/2021) esok. Di sana baru bisa dilihat, apakah dosen He akan mendapat teguran, sanksi, atau kebijakan lain. “Saya enggak bisa komentar. Besok yayasan baru mau bahas,” ujarnya ketika dikonfirmasi.
Sebelumnya, sejumlah mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trunajaya Bontang, Kalimantan Timur, diduga menjadi korban pemukulan oleh seorang oknum dosen.
Ketua BEM Universitas Trunajaya Yusril Ihza Mahendra menjelaskan, kejadian ini bermula ketika mahasiswa menggelar aksi di pelataran kampus, Selasa (28/9/2021) pagi. Mahasiswa menuntut sejumlah hak yang tak dipenuhi pihak kampus.
Tuntutan tersebut di antaranya, memberikan almamater bagi mahasiswa semester tiga. Padahal ini sudah dibayarkan di awal studi, alias ketika mahasiswa baru (maba). Kemudian, BEM menuntut transkrip kartu hasil studi (KHS) diterbitkan. Kata Yusril, mahasiswa 7 dan 8 hingga kini belum menerima transkrip.
“Kami hanya menuntut hak-hak kami. Padahal kami juga sudah tunaikan tanggung jawab kami, seperti membayar uang perkuliahan,” kata Yusril ketika dikonfirmasi, Selasa (28/9/2021) sore. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda