Kisah Inspiratif Warga Bontang: Magfirudin Ali Achmad, S.Ag (194)
Sinergi dakwah dan pengobatan mengiringi perjalanan hidup Magfirudin Ali Achmad. Terapis yang juga penceramah ini kerap memasukkan pesan-pesan Islami kepada setiap pasien yang ditanganinya.
Yusva Alam, Bontang
Magfir, sapaan akrabnya. Menuturkan kisah perjalanan hidupnya, hingga berujung pada profesi terapis. Kisah itu berawal di tahun 2003. Magfir merasakan sendiri betapa dahsyatnya pengobatan Islami. Sakit gatal yang dialaminya sejak lama tak kunjung sembuh.
Sejak masih menempuh pendidikan di pesantren hingga menikah. Tahun 2003, gatal tersebut bisa disembuhkan dengan terapi bekam. “Sejak itu saya tertarik untuk mempelajari pengobatan ala nabi tersebut,” ujarnya.
Dari tahun 2003 hingga 2007 dirinya mempelajari Thibun Nabawi, istilah untuk pengobatan Islami ala nabi. Ia tak hanya mempelajarinya di Bontang saja, namun hingga ke luar kota. Seperti Balikpapan, Surabaya, Jakarta, hingga Malaysia dan Thailand.
“Saat itu saya belajar sembari membantu tetangga-tetangga sekitar. Sekaligus menerapkan ilmu yang telah saya pelajari,” beber pria kelahiran Kota Pahlawan ini.
Di tahun 2008, sepulangnya dari belajar ke Malaysia Ia mulai membuka klinik pengobatan. Klinik yang resmi karena telah memiliki legalitas.
Diakuinya, pasca belajar thibun nabawi kemana-mana, serta hasil kajiannya dari kitab-kitab pengobatan dan kitab keilmuan Islam, Ia menemukan konsep yang selalu dipegangnya sampai saat ini. Mensinergikan dakwah dan pengobatan.
Di setiap dakwahnya yang disampaikan kepada masyarakat, Magfir selalu menekankan agar menaati Syariat Islam serta menjadikannya pedoman hidup. Hal ini dirasakan sangat pas dengan pengobatan Islam yang dipelajarinya. Karena pengobatan Islam merupakan pengobatan dengan pendekatan ilahiah. Yaitu doa, terapi pengobatan, sekaligus herbal.
“Karena mendakwahi orang sakit itu lebih mudah ketimbang orang sehat. Biasanya orang sakit itu mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Makanya saya memanfaatkannya untuk mendakwahi pasien agar mau menerapkan Islam sebagai jalan hidup,” ungkapnya.
Bahkan dirinya mengatakan tidak hanya bisa melakukan pengobatan fisik saja, juga bisa pengobatan disebabkan sihir atau jin. Jin-jin yang masuk ke dalam tubuh pasien pun kerap diajak dialog. Apabila jin tersebut Islam, akan diingatkan untuk kembali kepada Islam. Sedangkan jika jin tersebut kafir akan diajak untuk memeluk Islam. “Tak hanya manusia, jin pun saya upayakan untuk dakwahi,” tegasnya.
Sejak membuka klinik itulah dirinya mulai dikenal sebagai terapis di Kota Taman. Tidak hanya sebagai ustad yang selalu memberikan tausiah-tausiah, namun juga seorang terapis ala nabi. Selain diundang ceramah, ia juga sering mengisi kajian-kajian thibun nabawi.
“Saat ini saya dipercaya sebagai pengisi tetap kajian thibun nabawi di Masjid Baiturahman. Setiap hari ahad pada minggu-minggu genap,” jelasnya.
Kedepannya, pria yang juga berprofesi guru di MAN Bontang ini akan tetap menggeluti dunia pengobatan ala nabi ini. Ia memiliki rencana mendirikan pesantren, yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama namun juga ilmu pengobatan Islam. Dirinya tak ingin ilmu yang sudah dipelajarinya ini hilang begitu saja. Karena itulah ia ingin menularkannya kepada orang lain.
“Setelah pensiun sebagai guru, saya akan fokus mengelola pesantren itu. Saat ini saya baru siapkan lahannya dulu,” pungkasnya. (*)
Nama: Magfirudin Ali Achmad, S.Ag
TTL: Surabaya, 27 Maret 1976
Istri: Susi Oktavia
Anak:
- Zamiyah Al Magfir
- Zulfa Aliyah
- Dzul Falah Al Magfir
- Harun Aini Al Magfir
- Haniati Al Magfir
Pendidikan:
STAIL Lukman Al Hakim Surabaya
Sijil Herbalis, Malaysia
Terapi Tulang, Thailand
IISC (International Islamic Studies Center)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: