BALIKPAPAN – Mulai 5 Januari lalu, PT Pertamina mengumumkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Dex turun pada kisaran Rp 100-250. Namun, pengamat memproyeksi harga BBM akan kembali labil.
Dewan DPC Himpunan Wiraswasta Nasional (Hiswana) Migas Balikpapan Afiudin Zainal Abidin mengatakan, tahun lalu harga BBM cenderung fluktuatif. Dia mencatat harga BBM empat kali naik turun. “Awal tahun ini, Pertamina mengumumkan penurunan harga BBM nonsubsidi. Ini memang harus dilakukan karena minyak dunia sejak akhir tahun lalu turun,” ujarnya, Minggu (6/1).
Kendati demikian, ia menilai harga BBM tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Masih berfluktuasi. Pasalnya kondisi global juga sedang tidak menentu. Seperti pelemahan harga minyak dunia akibat dari perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat.
Tahun lalu, harga minyak dunia menunjukkan keperkasaannya dan membuat Pertamina menaikkan harga BBM pada triwulan III. Kemudian pada akhir tahun terjadi pelemahan. Zainal memproyeksikan tahun ini harga BBM kembali menguat. Pasalnya resesi minyak dunia sampai saat ini belum pulih. Jadi kemungkinan naik dan akan turun lagi.
“Kalau ekonomi membaik, permintaan minyak akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya perekonomian. Itu mendorong harga jual minyak,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, fundamental ekonomi dunia masih relatif baik. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi positif. Sejumlah negara akan menunjukkan pergerakan positif. Artinya, konsumsi minyak dunia akan lebih baik dari tahun lalu dan membuat harga naik.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, penyesuaian harga tersebut sudah berdasarkan mekanisme dan peraturan yang berlaku. “Kami telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, terutama pelanggan setia produk-produk Pertamina,” katanya dalam siaran tertulis, Pertamina.
Jika mengacu harga minyak dunia pada awal tahun ini, jenis Brent untuk kontrak Maret 2019 sebesar USD 53,18 per barel. Sedangkan harga minyak WTI mencapai USD 44,86. Harganya lebih rendah dibandingkan awal Desember lalu, yaitu untuk jenis Brent sebesar USD 60,06 per barel.
Sedangkan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Desember 2018 mencapai USD 54,81 per barel. Capaian ini merupakan level terendah sepanjang 2018, bahkan sejak November 2017. Selain faktor penurunan harga minyak, keputusan Pertamina memangkas harga BBM karena menguatnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas’ud Khamid menyatakan, Pertamina akan terus mengevaluasi secara berkala harga BBM tersebut sesuai dengan dinamika harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah di pasar global. Pertamina berharap penyesuaian harga ini dapat meningkatkan loyalitas masyarakat yang sudah menjadi pelanggan produk Pertamina.
Kebijakan Pertamina menurunkan harga BBM tersebut lebih lambat dibandingkan SPBU-SPBU milik swasta. Pada Desember lalu, PT Total Oil Indonesia, ExxonMobil, PT AKR Corporindo Tbk, PT Vivo Energy Indonesia, dan Garuda Mas sudah menurunkan harga BBM nonsubsidi. (aji/ndu/k18/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post