bontangpost.id – Abd Muis (67) mengingat betul perjuangan yang ia dan 10 kawannya lakukan pada dekade pertengahan 90-an itu. Kala itu, mereka yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Kutai mengupayakan agar Bontang dimekarkan. Mandiri, menjadi kota sendiri.
Saat itu, Bontang masih menjadi bagian administrasi Kabupaten Kutai — sekarang dikenal Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Namun karena wilayah administratif yang luas, Bontang cenderung kurang diperhatikan. Kesejahteraan dan pembangunan di daerah amat tertinggal. Pembangunan hanya difokuskan di dekat pusat pemerintahan Kabupaten Kutai. Padahal dua megapabrik berdiri di Bontang dekade 1970-an. Yakni PT Badak LNG pada 1974 dan PT Pupuk Kaltim pada 1977.
“Jadi kami para pemuda ketika itu inisiatif, bagaimana caranya kita bisa mandiri. Jadi kita bisa mendorong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Abd Muis ketika berbincang dengan bontangpost.id, Jumat (8/10/2021) pagi.
Datang dari keprihatinan akan kondisi di daerah, Abd Muis yang kala itu menjabat ketua KNPI menggandeng beberapa pemuda lain dan tokoh pemuda untuk berkoalisi. Mereka sepakat berjuang agar Bontang bisa lepas dari Kabupaten Kutai.
Total ada 11 orang tergabung dalam tim ini. Ketuanya, Abd Muis. Diikuti anggotanya, Rusli Burhan, Kaharuddin Ja’far, Syamsuddin Bana, Roy Basuki, Ridwan Habibon, Kamran Haya, Muslim Arsyad, Bestari Alamsyah, Mansyah Musfa, dan Mulyana.
“Karena kami 11 orang jadi disebutnya Tim Sebelas,” ungkapnya.
Upaya untuk melepaskan diri dari Kabupaten Kutai tak mudah. Bupati Kabupaten Kutai kala itu enggan melepas Bontang. Ditambah dengan fakta ada dua megapabrik yang berdiri di sana.
Gabungan pemuda ini tak patah arah. Mereka tetap berusaha. Gagal minta ke bupati, mereka upayakan melalui DPRD Kabupaten Kutai. Kala itu, mereka mendapat rekomendasi dari dewan, lantas membawanya langsung ke Departemen Dalam Negeri (Debdagri)– sekarang Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Bayangkan kerasnya perjuangan mereka kala itu. Pada dekade pertengahan 1990-an, untuk menuju Samarinda mereka harus menggunakan kapal–kerap memakai ketinting. Seluruh akomodasi tentu tak datang dari pemerintah. Lagi pula, siapa yang mau memberikan akomodasi untuk mereka yang mau ‘melepaskan’ diri? Pemuda ini mengumpulkan uang hasil sokongan kocek pribadi. Juga bantuan perusahaan. Misal dari Pupuk Kaltim.
“Lama kami perjuangkan ini. Bolak-balik. Mungkin ada 5 tahun,” ungkapnya.
Usai Bontang ditetapkan sebagai daerah administrasi sendiri pada 12 Oktober 1999, Abd Muis dan kawan-kawan hanya bisa tersenyum bangga. Upaya mereka akhirnya berbuah hasil. Meski itu harus dibayar dengan upaya yang tak mudah.
Sekarang, hasilnya. Bontang dapat memacu pembangunan. Mendorong kesejahteraan rakyat. Mengatur rumah tangganya sendiri, tanpa bergantung Kabupaten Kukar lagi.
“Kami senang, apa yang diperjuangkan akhirnya berhasil. Ini bukan buat siapa-siapa, tapi rakyat Bontang sendiri. Hasil kegelisahan para pemuda,” kata pria yang sudah berusia 67 tahun ini.
Ditanya apakah ada apresiasi dari Pemkot Bontang atas perjuangan mereka, Abd Muis tak mengiyakan. Ia bahkan pernah berpesan kepada anggota sebelas, agar jangan pernah mengemis dengan pemerintah.
“Jangan mengemis, jangan meminta. Jangan nodai perjuangan kita,” tegasnya.
MESTINYA DIAPRESIASI
Wakil Ketua DPRD Bontang Agus Haris mengatakan, apa yang Tim Sebelas lakukan bukanlah hal yang mudah. Itu sesuatu yang besar. Bahkan, apa yang dicapai Bontang saat ini, baik dari sisi pembangunan dan kesejahteraan boleh dikatakan, berasal dari perjuangan Abd Muis dan kawan-kawan.
Tentu dalam perjalanannya mereka tak bekerja sendiri, pun dibantu banyak pihak. Namun mestinya, pemerintah tetap memberikan apresiasi atas apa yang mereka lakukan. Sejarah Bontang modern bermula ketika kota ini disahkan mandiri.
“Wajib diberi apresiasi itu,” kata Agus Haris kepada bontangpost.id.
Dia bilang, bentuk apresiasi itu bisa berupa pemberian uang tali asih. Jumlahnya tentu Pemkot sendiri yang menentukan, namun harus dalam nominal layak.
Sejatinya, bukan soal nilainya yang jadi perkara. Tapi bagaimana Pemkot memberikan apresiasi atas perjuangan pemuda masa lalu, yang mendorong Bontang bisa menjadi kota mandiri seperti saat ini. Hingga manfaatnya bisa dirasakan rakyat hingga kini.
“Kita mau ulang tahun kota. Ini momentum yang tepat untuk memberikan apresiasi kepada mereka. Sebagai mantan ketua KNPI, saya mendorong itu,” tandasnya. (*)