Warga Banua Anyar Sungai Tuan Gunakan Perahu
MARTAPURA – Jalan Desa Banua Anyar Sungai Tuan (ST) sejak sebulan terakhir tak kunjung surut. Ditambah kondisi cuaca yang terus hujan makin membuat warga gelisah, debit air semakin meningkat. Sebagian kecil warga harus menggunakan jukung untuk mencapai jalan desa.
Jalan terendam itu salah satu akses penting menghubungkan ke Desa Pematang Baru Kecamatan Martapura Timur dari Banua Anyar ST Kecamatan Astambul. Akses jalan jadi alternatif terdekat, namun belakangan selalu terendam dengan ketinggian bervariasi setinggi lutut orang dewasa atau lebih.
“Di sini sudah langganan banjir dan sekali-sekali ada angin puting beliung, sebulan kami menggunakan perahu kalau mau ke jalan desa yang baru dibangun,” kata Murjani, warga RT 4 Desa Banua Anyar ST, kemarin (19/1) siang.
Rumah warga yang berada di RT 4 dan 5 seperti bangunan mengapung karena dikelilingi air. Salah satu usaha aparat desa yang berjarak sekitar 8 km dari Pasar Astambul itu meninggikan jalan desa setinggi 80 cm. Dari target 1 km baru terealisasi 500 meter sehingga sisanya masih terendam termasuk rumah warga yang didominasi rumah panggung. “Kami selalu pakai jukung kalau ke luar rumah. Sepeda motor dititipkan ke rumah tetangga yang lebih tinggi,” ungkap Murjani.
Sedangkan Sunhaji, Ketua RT 4 Desa Banua Anyar ST mengakui kondisi jalan desa yang belum dibangun jadi kubangan air. Salah satu aspirasi meninggikan jalan, dirinya menilai, banjir yang menggenangi jalan desa kiriman dari Sungai Martapura yang meluncur dari Riam Kiwa. Mau tidak mau, sebagian warga dari 56 kepala keluarga sebanyak 360 jiwa harus gigit jari. “Kami memarkir jukung di teras rumah, jadi bila mau jalan tinggal dikayuh,” tukasnya.
Pambakal Desa Banua Anyar ST Hamka sangat yakin, bila jalan desa itu tuntas masalah klasik itu segera teratasi. Pembangunan jalan desa menggunakan dana desa sebanyak 4 tahap. Setiap tahan sepanjang 250 meter dan dalam setahun digabung langsung dua tahap. “Jadi selama setahun jalan itu baru selesai, kemungkinan bila dana desa cair kembali kami kembali mengerjakan sisa yang tergenang,” pungkasnya.
Sedangkan genangan air di Kelurahan Jawa dan Desa Tunggul Irang sudah surut sejak kemarin malam. Jalan desa itu selama 2 hari terendam akibat sungai meluap dan hujan di pegunungan tepatnya di daerah Pengaron.”Iya sudah surut, ini jalan sudah kering, tapi tetap was-was karena cuaca tidak menentu di daerah atas,” terang Pambakal Tunggul Irang Abdul Barry. (mam/yn/ram)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: