Wahau Tampung Penderita HIV/AIDs Terbanyak

DOK PEMERIKSAAN: Petugas KPAD Kutim sedang memeriksa kondisi kesehatan warga.

Dari 343 Penderita, 48 Orang Meninggal

SANGATTA- Dari 18 kecamatan, Muara Wahau ‘dinobatkan’ sebagai daerah HIV/AIDs.  Pasalnya, kecamatan ini paling banyak menampung penderita penyakit mematikan tersebut.

Hanya saja, tidak diketahui pasti data otentik jumlah korban. Pihaknya hanya merangkum total keseluruhan yang diambil dari 18 kecamatan.

Dari data sementara yang terkuak dipermukaan, pihaknya mencatat sebanyak 343 penderita. 48 diantaranya sudah meninggal dunia.

Dikatakan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDs  Kabupaten (KPAK) Harmadji, melonjaknya kasus penderita yang belum diketahui obatnya tersebut diduga imbas dari penutupan lokalisasi. Baik di luar daerah maupun di Kutim sendiri.

Ia mencontohkan lokalisasi Dolly di Surabaya dan Kampung Kajang Sangatta Selatan. Hasil prasangkanya, para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut kesulitan mencari ruang di dalam kota. Sehingga mereka hijrah ke beberapa kecamatan potensial.

Nah Kecamatan Muara Wahau yang menjadi lokasi strategis untuk menjual diri. Sebab, Wahau merupakan kecamatan berkembang dari lainnya.  Di sana potensi sawit sangat melimpah. Warganya kian membeludak. Baik lokal maupun pendatang. Para pekerja perusahaan inilah yang menjadi incaran empuk bagi para PSK.

“Penderita kian bertambah. Untuk total seluruhnya di Kutim saat ini sudah mencapai 343 dan 48 orang yang meninggal. Paling banyak memang dari Wahau,” ujar Harmadji.

Untuk itu, dirinya tak membantah jika saat ini di Kutim tengah marak prostitusi terselubung. Baik di lokasi mewah seperti THM, hotel dan penginapan hingga di perkebunan sawit.

Ini semua terjadi lantaran mereka tak lagi memiliki wadah khusus untuk menjajakan diri. Terpaksa, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka semua harus bergerak di bawah tanah.

Imbasnya, tidak hanya menyasar pelanggan, akan tetapi turut menyulitkan KPAK untuk melakukan pembinaan. Petugas kewalahan untuk memberikan kontrol, pengobatan dan pendataan.

Hal ini lantaran keberadaan mereka tak tentu. Baik untuk mangkal maupun tempat tinggal. KPAK harus kerja ekstra. Banyak cara yang ditempuh. Sehingga penderita maupun korban baru bisa diminimalisir.

“Memang lokakisasi sudah ditutup. Tetapi faktanya PSK masih berkeliaran. Justru kami kerepotan melakukan penanggulangan karena untuk bertatap muka dengan penderita sangat sulit. Alamat, dan tempat mangkal mereka tidak diketahui secara pasti,” katanya.

Jika diteliti dengan cermat lanjutnya, sebenarnya jumlah penderita HIV/AIDs di Kutim sangat banyak. Mungkin ribuan. Mereka diperkirakan berumur mulai dari 21-40 tahun.

“Kami selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat.  kami juga selalu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penekanan penyebaran virus ini. Mulai dari bekerja sama dengan rumah sakit, Puskesmas dan lainnya. Diantaranya pemberian obat antiretrovirals (ARV) terhadap pasien secara gratis,” katanya. (dy)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor