SAMARINDA-Minggu (20/1), menjelang petang, di Jembatan Mahakam. Penumpukan kendaraan sengaja dilakukan. Bukan untuk mengganggu perjalanan, tujuannya menangkap pelaku kejahatan. Sindikat penipuan yang melibatkan tiga orang, satu di antaranya perempuan. Satu pelaku berdalih sebagai warga negara asing (WNA) asal Brunei Darussalam, dan ingin menjalin kerja sama usaha telur asin. Selain itu mengaku mampu menggandakan uang dan perhiasan.
Pelakunya adalah Ismail Taufik (46), Anto Camma (42), dan Wati (50). Dari kota ke kota, ketiganya mulus menjalankan aksi penipuan. Kiprah para pelaku akhirnya putus setelah diringkus. Di Jembatan Mahakam, sisi Samarinda Kota, polisi membuat ketiganya tak berdaya.
Ismail fasih berbahasa Melayu. Maklum, hampir lima tahun dia tinggal di negeri jiran. Bekerja sebagai tukang potong kayu. Berlagak layaknya pengusaha, Ismail jadi otak kejahatan sindikat penipuan. Dan menyebut berasal dari Brunei Darussalam. Dia seolah yang mengatur semua skenario penipuan tersebut. Pria berambut cepak itu pula yang memulai semua percakapan awal dengan calon korbannya.
Wati, berperan mencari tempat dan target sasaran. Agar tak mudah diketahui sedang beraksi, komplotan penipu itu selalu mencari tempat-tempat yang ramai. “Minimarket dan memang memilih perempuan untuk jadi korban,” ujar perempuan paruh baya asal Malang, Jawa Timur tersebut.
Modus awalnya adalah Ismail berpura-pura bertanya tentang penjual telur asin ke korbannya. Salah satu korban yang melapor adalah Jumiati Aksyam (36), warga Jalan P Bendahara, Kelurahan Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang.
Tepatnya saat Jumiati hendak belanja di salah satu minimarket di Jalan Sultan Hasanuddin, Samarinda. “Ya saya tanya dia, di mana orang menjual telur asin. Logatnya Melayu,” sebut Ismail. Tak lama berselang, datang Wati dan Anto mendekat. “Kami seolah-olah tidak kenal semua,” sambungnya.
Hanya dengan permainan kata-kata, Jumiati seolah terhipnotis dengan kalimat demi kalimat yang diucapkan. Korban terbujuk dibawa ke mobil yang digunakan ketiganya sebagai fasilitas beraksi.
Bisnis telur asin terabaikan, Ismail merasuki korbannya dengan mustika. “Saya mampu mengobati orang sakit. Menggandakan uang juga bisa, pakai mustika,” sebutnya. Agar korbannya lebih percaya, dua butir kristal mustika diarahkan ke telapak tangan korban. “Saya bilang, kalau di tangan ibu (korban) sangat bercahaya,” jelas Ismail saat menyebutkan ke petugas di hadapan awak media.
Jumiati yang dianggap memiliki harta melimpah, lantaran terlihat dengan mengenakan emas, tergiur penawaran Ismail. Bahwa pelaku bisa menggandakan uang dan perhiasan. Dengan catatan, uang dan perhiasan milik korban itu harus dimasukkan ke tas yang sudah disediakan. “Kami sudah siapkan tas yang sama persis dengan tas yang digunakan korban untuk mengisi uang dan emas. Tapi di dalamnya diisi gumpalan tisu,” jelasnya.
Ismail yang berpura-pura menjadi WNA itu menyebut, Anto bertugas menukar tas tersebut. “Tas berisi tisu diberikan ke korban. Lalu kami bilang, tas jangan dibuka hingga waktu yang telah ditentukan,” tegas Ismail.
Selain itu, sindikat penipuan itu juga memainkan kata-kata untuk bisa menguras uang di anjungan tunai mandiri (ATM). “Kalau beruntung ada uangnya bisa diambil juga, tapi kalau enggak ada tak masalah,” timpal Anto. Selalu menjalankan aksinya bertiga, sindikat mereka beraksi cukup rapi. “Setelah berkeliling, atau mengambil uang dan perhiasan, ya kami langsung pergi,” terangnya.
Sementara itu, Kapolsek Samarinda Seberang Kompol Fatich Nurhadi mengatakan, di Kota Tepian para pelaku sudah beraksi tiga kali. Wilayah hukum Polsek Sungai Pinang, Samarinda Ulu, dan Samarinda Seberang. “Di daerah Seberang sudah dua kali,” tegasnya Fatich.
Namun, bukan hanya di Samarinda, aksinya lintas provinsi. Sumatra, Jawa, hingga Kaltim. “Aksi terakhir di Sangatta. Seharusnya pagi ini (kemarin) mereka terbang ke Makassar,” sambung Fatich.
Sudah berulang beraksi, para pelaku berdalih hasilnya tak seberapa. “Miliaran ada,” sebut perwira melati satu tersebut. Barang bukti ratusan gram emas, uang Rp 46,3 juta, dan belasan ATM. Perwira yang juga sebagai dosen itu menjelaskan, penawaran bisnis telur asin adalah modus sebagai pembuka pembicaraan untuk berusaha memengaruhi korban.
Ditegaskan Fatich, pihaknya masih mendalami perkara sindikat penipuan tersebut. “Korban di daerah lain masih banyak. Kami juga masih cari yang lain,” pungkasnya. (*/dra/rom/k15/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post