bontangpost.id – Dinas Kesehatan (Diskes) saat ini mengejar cakupan vaksin difteri. Setelah ditemukan enam kasus penyakit tersebut di Kota Taman sejak Desember lalu. Kasi Surveilans, Imunisasi, Wabah, dan Bencana Diskes Adi Permana mengatakan saat ini pihaknya menyasar balita hingga anak usia 12 tahun yang belum lengkap cakupan vaksin difteri.
Berdasarkan data, terdapat sekira 6.400 anak yang bakal disasar. Dari angka itu 4.000 anak telah berstatus pelajar. Secara khusus, disebutkan bahwa kebanyakan merupakan pelajar di sekolah swasta. Sisanya ialah balita. “Ini kami masih data supaya langsung tepat sasaran,” kata Adi.
Proses pendataan ini dibutuhkan waktu sekira sepekan. Kemudian nantinya puskesmas akan melakukan penjadwalan vaksinasi. Baik di lingkup sekolah maupun posyandu. Artinya jadwal di tiap sekolah tidak seragam. Bergantung kesediaan sekolah ada waktu luang.
“Puskesmas masih advokasi ke sekolah untuk menjadwalkan. Caranya di skrining dulu mana yang sudah atau belum,” ucapnya.
Proses pengejaran cakupan vaksinasi difteri ini berbeda dengan Covid. Pasalnya kalau Covid langsung menyasar seluruh pelajar. Tetapi ini ada yang sudah lengkap cakupan vaksinasinya. Sehingga membutuhkan waktu. Sementara di posyandu juga bakal dibuka ketika waktunya pelayanan penyaluran vaksin.
“Begitu dapat data pasti maka Diskes lebih mudah. Karena tinggal menyebutkan sesuai nama dari calon penerima vaksin,” tutur dia.
Langkah ini sempat dilakukan pada 2018 lalu. Ketika itu Diskes harus mengejar 60 ribu anak. Saat itu cakupannya mencapai 50 ribu. Selain itu efek samping dari vaksin ini tergolong tidak ada. Berbeda dengan Covid. “Tidak ada demam. BIAS pada sekolah tidak pernah ada keluhan,” sebutnya.
Diberitakan sebelumnya, satu pasien yang dinyatakan secara klinis positif difteri telah menyelesaikan masa perawatan di RSUD Taman Husada. Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Pengendalian Mutu RSUD Taman Husada dr Tri Ratna Paramita mengatakan penanganan medis berlangsung setelah empat hari. Kurun 9-12 Januari lalu.
“Sudah pulang. Jadi sudah tidak ada pasien yang dirawat lagi,” kata dr Mita.
Selama perawatan, pasien diberikan terapi obat sesuai yang diperlukan. Serta pemberian anti difteri serum. Kurun waktu tersebut secara klinis kondisi pasien stabil dan membaik. Adapun pasien sebelumnya mengeluhkan demam, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
“Selama perawatan di ruang isolasi, pasien didampingi oleh orangtua,” ucapnya.
Pihak tenaga medis pun telah mengambil sampel swab tenggorokan. Selanjutnya sampel tersebut dikirim ke laboratorium rujukan. Kini pihak tenaga medis masih menunggunya. “Hasilnya itu lama keluarnya hampir sebulan. Karena sudah membaik pasien bisa pulang,” tutur dia.
Diketahui, Pemkot Bontang tidak mengeluarkan status kejadian luar biasa (KLB) difteri. Sekretaris Kota (Sekkot) Aji Erlynawati mengklaim berdasarkan informasi dari Diskes bahwa pasien yang dinyatakan positif telah sembuh. “KLB tidak diberlakukan karena sudah sembuh semua,” kata pejabat yang akrab disapa Iin ini.
Saat ini Pemkot Bontang menggalakkan imunisasi secara terbatas. Menyasar anak usia balita hingga 12 tahun. Utamanya bagi mereka yang belum lengkap cakupan imunisasinya. Pelaksanaan ini dilakukan di sekolah, puskesmas, hingga posyandu.
“Imunisasi ini digelar selama satu bulan,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post